Di rumah aja: hari ke-94: Penerjemahan


THE FOX AND THE GRAPES
A Fox one day spied a beautiful bunch ofripe grapes hanging from a vine trained along the branches of a tree. The grapes  seemed ready to burst with juice, and the Fox's mouth watered as he gazed longingly at them.
 The bunch hung from a high branch, and the Fox had to jump for it. The first time he jumped he missed it by a long way. So he walked off a short distance and took arunning leap at it, only to fall short oncemore.

Again and again he tried, but in vain. Now he sat down and looked at the grapes in disgust. "What a fool I am," he said. "Here I am wearing myself out to get a bunch of sour grapes that are not worth gaping for."And off he walked very, very scornfully.
Si Rubah dan Buah Anggur

...

Suatu hari seekor rubah mengintai seikat buah anggur matang tergantung utuh di dahan sebuah pohon.  Buah anggur itu terlihat siap menyemburkan sari jusnya, dan air liur mengalir dari mulut si Rubah ketika ia memperhatikan terus seikat anggur itu.

Seikat anggur itu tergantung di dahan yang paling tinggi, dan si Rubah harus melompat untuk meraih buah itu. Lompatan pertama si Rubah gagal tak mendekati. Jadi, ia menjauh sedikit dan mengambil persiapan untuk melompat, hanyalah kegagalan sekali lagi

Si Rubah terus mencoba, tetapi percuma. Sekarang Si Rubah terduduk dan melihat buah anggur itu dengan kecewa. “Bodohnya aku ini,”ujarnya. “Di sinilah aku melelahkan diriku sendiri untuk mendapatkan seikat anggur asam yang bahkan tidak bisa diraih.” Akhirnya si Rubah pergi, sinis sekali.
...

Cerita di atas bersumber dari https://freekidsbooks.org/subject/english-stories/, ku coba terjemahkan, aku adalah lulusan Sastra Inggris bidang Minat Penerjemahan di Universitas Terbuka (UT), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FHISIP).  Baru menyelesaikan kuliah di tahun 2019, aku masuk tahun 2012. Lama benar ya, he..he..apakah UT memang betul sesuai dengan kepajangan rekaan di kalangan mahasiswa UT, yaitu Ulang Terus, jadi buat lama proses kuliahnya.

Menurut aku, kurangnya membaca dan membagi waktu bisa saja terjadi, UT adalah program kuliah jarak jauh, menggunakan daring, menurut pengalamanku jika tidak update info juga kurang menguasai bahan bisa jadi akan mengulang terus, intinya adalah belajar, rajin membaca modul dan mengulang-ulang soal di modul, karena soal di modul juga pernah ada yang keluar di ujian, mengerjakan tugas dari dosen dan mengikuti inisiasi juga menjadi nilai tambah dalam mendapatkan poin yang dapat membantu nilai ujian.

Selama perkuliahan membagi waktu bersama dengan anak-anak dan keluarga, sebelum hamil anak ketiga, aku ambil rata-rata 20-an SKS, hamil anak ketiga aku bed rest dan cuti, hamil besar dan badan pegal-pegal nikmat, aku ambil sedikit mata kuliah, setelah dan melahirkan anak ketiga, aku ambil satu sampai dua mata kuliah sampai selesai karena manajemen waktu belajar, membaca buku dan mengerjakan tugas juga disesuaikan dengan membersamai anak. Maka itu, waktu kuliahku melebihi empat tahun.

Balik lagi ke penerjemahan, menurut ku tantangan menerjemahkan cerita anak adalah bahasa hasil terjemahannya bisa dimengerti anak. Maknanya sesuai dengan maksud bahasa sumber.  Sambil mengingat-ingat materi kuliah penerjemahan nih, he..he.

Eltienne Dollet, yang dikutip pendapatnya oleh Eugene Nida, seorang pakar penerjemah (1964) mengatakan bahwa
  1. Penerjemah haruslah sepenuhnya memahami isi dan maksud pengarang yang tertuang dalam bahasa sumber. 
  2. Penerjemah haruslah mempunyai pengetahuan bahasa yang sempurna, baik bahasa sumber, maupun bahasa terjemahannya.  
  3. Penerjemah haruslah menghindari kecenderungan menerjemahkan kata per kata karena, apabila teknik demikian ia lakukan, maka ia akan merusak makna kata yang asli, lagi pula merusak keindahan ekspresi.  
  4. Penerjemah haruslah mampu mempergunakan ungkapan-ungkapan yang biasa dipergunakan sehari-hari.   
  5.  Penerjemah haruslah berkemampuan menyajikan nada (tune) dan warna asli bahasa sumber dalam karya terjemahannya.
·         
·                    Dari hasil terjemahankan aku, yaitu terjemahan cerita anak, kalau hasil terjemahan ku itu mengandung ungkapan yang tidak dimengerti pembaca anak maka anak akan kehilangan maksud dari isi cerita. Apalagi warna asli dari bahasa sumber perlu dipertahankan dan diperhatikan. Terjemahannya luwes, nyaman dibaca atau kaku? Terjemahannya akurat atau mengurangi makna cerit  atau bahkan menambahkan kalimat sehingga maknanya jauh maksud penulis.

Seperti untuk padanan kata scornfully, artinya adalah sinis, menghinakan. Saya cukup kesulitan, saya mencari sinonim sinis, tapi tidak menemukan, apa saya bisa menggantinya dengan kata kesal? Apa tidak terlalu jauh dari maksud kata sumber?

Menurut saya menerjemahkan itu mengasyikan dan banyak hikmah, seperti saya belajar sinonim dan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), juga struktur kalimat yang utuh, akurat, belajar bahasa Inggris dan budaya bahasanya, belajar membaca dan memaknai bacaan, banyak ya, paket kejutan dalam berliterasi.

Menerjemahkan memiliki tantangan tersendiri sama seperti menulis buku, cerpen ataupun artikel, semua menarika dalam kacamata masing-masing, yang terpenting datang dari hati, juga waktu ya, apalagi ibu-ibu yang sudag berkeluarga, rasanya nangis cabe rawit kalau belum bisa setor di kelas literasi, lebay ya. Kalau bekerja mendapat uang, kalau setor tulisan mendapatkan kepuasan tersendiri, bisa melewati tantangan diri sendiri dalam berkarya.

 




Comments

Popular Posts