Aku Mau Ayah!





Di buku ini aku menemukan insight positif, contohnya


"Jadilah Ayah Mempermudah, Meringankan, Menggembirakan, Mendekatkan, Melekatkan ...


Mulailah dekat dengan anak sedikit apapun ilmu pengasuhan ayah


Mulailah lekat dengan anak meski serusuh apapun hati ayah


Mulailah terhubung dengan anak meski sesulit apapun ayah berkomunikasi dengan anak


Mulailah terlibat dengan anak meski sesulit apapun ayah membagi waktu sehari-hari


Mulailah terikat di rumah meski sebanyak apapun agenda ayah di luar rumah"


Yup, insight dari buku yang aku baca, judulnya, "Aku Mau Ayah", oleh Ayah Irwan. Dengan pengantar Elly Risman Musa dan Bendri Jaisyurrahman. Penerbit Senja Media Utama, Depok, 2019.


Tak hanya insight positif yang menjadikan buku ini ku baca aktif, ada pula warna-warni kisah pengasuhan bermacam karakter ayah yang dikisahkan dari cerita anak-anak mengenai ayah mereka, yang bisa diambil hikmah dan ibrah. "Seperti Ayahku Jaim", Ayah "Jadikan Ibuku Pembantu", dan judul kisah lain, yaitu "Kalau Boleh Minta Ama Allah, Aku Nau Ganti Ayah."


Setelah kisah pengasuhan ayah, aku  mendapatkan insight berupa tulisan, contoh dalam kisah pengasuhan ayah yang berjudul, "Ayah Jadikan Ibuku Pembantu." Insight yang aku dapatkan yaitu, "Ayah Jadikan Pasangan sebagai Pakaian Bukan Pencuci Pakaian", 

"Ayah Ada Ayah Tiada".


Ceritanya ada yang dikisahkan oleh anak yang kabur dari rumah, ayah yang bercerita tentang karakter ayahnya antara tindakan dan kata-kata tidak sinkron. Di dalam buku dituliskan si anak bercerita "Ayah sering ngomongnya A. Kenyataanya? Ayah tidak melakukan A, tapi B. Selalu. Dan Ayah tidak pernah merasa bersalah. Ayah menganggap dirinya selalu benar."


Dan insight yang ku dapat tertulis di buku itu, aku kutip ya, "Anak MENCONTOH apa yang dilakukan, BUKAN HANYA apa yang DIKATAKAN."


Dan ada insight tertulis di dalam buku itu, menurut ku bisa menjadi inspirasi dan referensi di masa pandemi, aku kutip yaitu, "Sekolah TERBAIK Anak-Anak adalah Keluarga."


Insight positif itu menjadi inspirasi ku di kala goyah dan ingin menyerah mendampingi dan menyemangati anak-anak ku belajar di rumah, bahwa ibrah dan hikmah dari Allah di masa pandemi ini yaitu ketika kembali peran keluarga ada pada orang tua di tengah-tengah anak-anak.


Buku ini menurut ku asyik dibaca berdua sama suami, sambil ngeteh bareng, kemudian bedah buku bareng, uwu.


Di akhir ada tulisan yang menarik untuk diulas, yaitu tentang tugas ayah yang amatlah banyak, salah satunya membangun empati anak.


Disana ditulis dengan penjelasan yang menurut ku jelas dipahami.


So, dengan cara bagaimana empati anak dibangun?


1. Ayah aktif terlibat dalam semua kondisi emosi anak-anak. Terlibat hanya saat anak manis saja.


2. Ayah yang punya waktu bermakna, meski sedikit. Bukan Ayah yang bersama dalam keadaan waktu sisa atau waktu kerja.


3. Ayah yang tidak membiarkan media menjajah pengasuhan anaknya. Bukan ayah yang mengundang Televisi, Games, Video dan media lain sebagai pengasuh di rumahnya.


4. Ayah yang menjadikan tahap balita sebagai tahap paling penting membangun empati anak. Bukan Ayah yang abai. Bukan Ayah yang main-main dan sepelekan masa balita anak.


Menurut ku secara keseluruhan buku ini penting untuk dibaca dan jelas dipahami karena menggunakan cerita atau kisah atau studi kasus yang membuatnya jelas untuk  memahami tantangan pengasuhan dan solusinya. 


Serta buku ini bermanfaat untuk referensi dan insight nya sebagai inspirasi.


Semoga semakin mendekatkan dengan keluarga, aamiin.















Comments

Popular Posts