The Rent Collector

 


“Di tempat ini, keluarga termiskin di Phom Penh berjuang untuk membangun kehidupan dari apa yang orang lain buang – kehidupan di mana harapan akan hari esok ditukar demi memenuhi rasa lapar hari ini.”

Sekelumit kalimat di belakang buku berjudul asli, “The Rent Collector”, penulisnya Camron Right, buku yang diterjemahkan oleh Priska Ghania, diterbitkan pada tahun 2019, oleh penerbit Mahaka Publishing, di Jakarta.

Buku yang mendapat review dari Goodreads.com, di belakang bukunya itu, tertulis, “Kisah yang indah! Anugerah di tempat yang paling buruk.” Buku setebal 413 halaman, dengan 30 Bab dan epilog.

“Untuk pemberi harapan, impian, dan kesempatan kedua.”

Kakek Sang Ly - The Rent Collector

Cerita bersetting di Kamboja, menceritakan kehidupan seorang anak perempuan, bernama Sang Ly. Penulis membawa pembaca ke masa kecil kehidupan gadis itu. Di sebuah privinsi bernama Prey Veng, Kamboja dimana gadis itu tinggal di pedesaan.

Dalam cerita tersebut si gadis sedang bersama kakeknya dan kakeknya memberikan nasihat kepada gadis itu.

“Hidup tidak akan selalu keras atau kejam. Kesulitan yang kita alami ini hanya sementara.”

“Saat kau menemukan tujuan-dan kau akan menemukan tujuanmu-jangan pernah melepaskannya. Kedamaian adalah hasil dari kesabaran dan ketekunan.”

Kakek Sang Ly - The Rent Collector

Gadis kecil berusia tujuh tahun itu bingung memaknai kalimat yang terlontar dari kakeknya. Dan ternyata merupakan mimpi dari Sang Ly, bangun dari mimpi, Sang Ly yang berusia dua puluh sembilan tahun yang sudah bersuami, bernama Ki juga seorang putra bernama, Nisay berusia enam belas bulan.

Mereka tinggal di Stung Meanchey, sebuah tempat pembuangan akhir sampah kota terbesar di Kamboja.

Tokoh lain dalam cerita ini adalah Sopeap Sin, digambarkan wanita tersebut memiliki watak kasar, mudah marah dan galak yang setiap awal bulan menjadi wakil pemilik-pemilik tanah untuk menagih uang sewa dari keluarga miskin yang tinggal di Stung Meanchey.

Kehidupan di tempat pembuangan sampah dan anaknya yang sakit diare, dengan badan kurus dan perut buncit, membuat Sang Ly bermimpi bisa memiliki kehidupan yang lebih baik.

Tokoh Sang Ly adalah tokoh yang gigih. Seorang ibu yang gigih memperjuangkan nasib anaknya. Ingin anaknya sehat.

Aku suka dengan tema buku ini, ketangguhan hidup dan literasi.

Untuk tokoh Sopeap merupakan tokoh yang penting di dalam kehidupan Sang Ly, tokoh yang digambarkan berwatak keras karena ternyata wataknya yang keras, menyimpan rahasia dalam kehidupannya, lika-liku hidup yang membuatnya ada di Stung Meanchey.

Kehidupan tak semudah membalikan telapak tangan. Betapa gembiranya Sang Ly melihat suaminya menemukan kabel yang artinya mereka dapat membayar kekurangan biaya sewa gubug mereka.

Setibanya suaminya di rumah, kedatangan  itu tak membuat Sang Ly lega, suaminya tesungkur dengan darah mengucur di belakang telinganya, hasil sampah suaminya yang dipanggilnya Ki itu dirampok oleh geng yang berkeliaran di sekitar tempat pembuangan sampah.

Pupuslah sudah  harapan, uang untuk biaya sewa itu tak didapat.

Kalau aku baca ya, selain mengisahkan kehidupan Sang Ly juga menceritakan tokoh bernama Sopeap yang pekerjaannya sebagai penaggih sewa, menjadi judul di dalam buku ini.

Kedua tokoh ini merupakan tokoh sentral yang membangun kekuatan cerita ini.

Kisah Sang Ly bersama keluarga dan suaminya di tempat tinggal mereka mengajarkan bertahan hidup di tempat yang sungguh tidak ingin kita pun melaluinya. Hidup mencari sampah pun tak selamanya berjalan dengan  lancar, ada bahaya menghadang di depan mereka.

Juga kehidupan mereka yang bersinggungan takdir dengan Sopeap, si penaggih sewa.

Aku baru baca sampai bab sembilan, membaca buku ini, aku merasakan ketegangan. Ketengangan dan sekaligus perjuangan hidup dari jalinan takdir hidup manusia.

Dan semakin ke dalam membaca buku, akan menemukan banyak hal yang luar biasa. Layaklah buku ini mendapat perhargaan Whitney Awards. 

Comments

Popular Posts