Ruang Kecil Kita: Cerita Alay tapi Nyata tentang Jadi Cukup


Hidup tuh kayak media sosial, ges. Scroll-scroll, kadang nemu konten nyindir, kadang ketawa ngakak, tapi ujung-ujungnya… kita tetep balik ke homepage sendiri. Di antara semua noise itu, kita punya private tab—ruang kecil yang cuma kita yang bisa akses: pikiran, tubuh, hati. No hacking allowed!


"Aku Cuma Bisa Kontrol Apa yang Aku Pilih Hari Ini"

Gue nggak bisa suruh doi reply story kita, nggak bisa force orang buat ngerti perasaan kita, apalagi ngatur macetnya Jakarta. Tapi hari ini, gue bisa milih:


Bernapas lebih tenang (daripada overthinking doi seen aja sampe jantung deg-degan kayak dikasih quiz dadakan).


Makan lebih sehat (skip mi instan, treat tubuh kayak VIP—soalnya ini satu-satunya venue buat hidup).


Bicara lebih lembut (ke diri sendiri juga! Jangan self-bully kayak, "Gue gagal banget sih, nggak berguna!").


Kita nge-game di setting "hard mode" setiap hari. Tapi cheat code-nya? Fokus sama level yang bisa kita play.


"Kita Akan Dilupakan? Ya Gapapa, Soalnya Allah Nggak Pernah Unfollow"

Pernah ngerasa kayak extra di film orang? Atau kayak story yang cuma highlight 24 jam trus ilang? Iya, suatu saat kita semua bakal trending sebentar pas uzur, trus… scroll next. Tapi buat Allah? Kita always on His feed.


"Aku cukup" itu bukan caption alay buat story, tapi affirmation yang ngebuat gue nggak perlu compare diri sama influencer atau temen yang udah nikah.


"Aku punya cukup": Mimpi receh (tapi bikin semangat), tawa ngakak pas zoom meeting ketawa sendirian, sama love language receh kayak ngasih kopi ke temen yang lagi bad day.


Gue nggak perlu jadi viral buat exist. Cukup jadi background app yang setia buat orang-orang yang Allah tunjuk buat install di hidup mereka.


"Luka Hari Ini? Itu Cuma Trailer Sebelum Plot Twist Indah"

Kadang hidup drop plot twist kayak drakor:


Diputusin doi? "Coming soon: Someone better, dengan character development gue yang udah belajar self-respect."


Gagal kerja? "Spoiler: 5 tahun lagi lo bakal ngakak inget ini sambil minum kopi di kantor baru."


Allah tuh scriptwriter-nya epic banget. Kita cuma baca sinopsisnya doang sekarang. Trust the process!


"Jangan Berhenti! Bukan Karena Lo Kuat, Tapi Karena Allah Tahu Lo Deserve Happy Ending"

Gue pernah mental breakdown di kamar mandi, nangis flashback semua failure. Tapi tau nggak? Allah nggak ngasih ujian pake subtittle "Sanggup nggak ya?". Dia udah calculate kita bisa.


"Bertahan" itu nggak harus kayak superhero. Kadang cuma survive sehari tanpa stalk mantan, udah win.


"Jangan menyerah" = Bangun lagi pas bad mood, replay lagi ayat-ayat-Nya, ngopi lagi, move on lagi.


Penutup: Close Tab, Balik ke Homepage Lo

Hidup ini browser dengan banyak tab: ada yang error, ada yang loading, ada yang bright kayak aesthetic Pinte****. Tapi tab terpenting? "Aku & Allah".


So, kulkas! Kita punya ruang kecil yang selalu safe buat reset. Dan di sana… "Aku cukup. Terima kasih, Ya Rabb."

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Buku Si Anak Spesial, Tere Liye

Day 4: Presentasi Kelompok 1: Pemahaman Perbedaan Gender

Brown Eyes