Perundungan Lagi

 


Tugas 


Dua mahasiswa, Rina dan Budi, sedang duduk di sebuah kafe kampus, membicarakan tugas mata kuliah mereka tentang perundungan siswa difabel di SMP. 


Mereka telah mengumpulkan berbagai sumber dan data untuk menganalisis kasus-kasus perundungan yang menimpa siswa dengan disabilitas dari berbagai sumber termasuk koran elektronik, serta mencari solusi yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut.


"Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kasus perundungan di sekolah menengah pertama masih cukup tinggi, terutama terhadap siswa difabel," kata Rina sambil membuka laptopnya. 


"Kita harus memahami apa yang menyebabkan perundungan ini terjadi dan bagaimana sekolah serta masyarakat bisa mencegahnya."


Budi mengangguk sambil mencatat beberapa poin penting. 


"Aku setuju.”


Kita harus menggali lebih dalam tentang faktor-faktor penyebab perundungan ini. 


Banyak Aspek


Ada banyak aspek yang bisa kita lihat, mulai dari lingkungan sekolah, peran guru, hingga dukungan keluarga dan teman sebaya."


Rina melanjutkan, "Dari beberapa jurnal yang aku baca, salah satu faktor utama adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang disabilitas. 


Banyak siswa dan bahkan guru yang tidak tahu bagaimana berinteraksi dengan siswa difabel. 


Akibatnya, mereka sering merasa canggung atau malah bersikap tidak sopan, yang bisa berujung pada perundungan."


Budi menambahkan, "Selain itu, lingkungan sekolah yang tidak inklusif juga menjadi penyebab utama. 


Misalnya, fasilitas sekolah yang tidak ramah difabel, seperti tidak adanya ramp atau lift, membuat siswa difabel merasa terisolasi. 


Ditambah lagi, program pendidikan yang tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka."


Rina menyambung, "Kita juga perlu mempertimbangkan peran media sosial. 


Banyak siswa sekarang yang menggunakan media sosial, dan perundungan bisa terjadi di sana. 


Cyberbullying bisa sangat merusak, karena korban merasa tidak bisa lari dari intimidasi, yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja."


"Benar sekali," kata Budi. "Kita harus mencari contoh kasus nyata yang bisa kita analisis. 


Kasus Viral


Misalnya, kasus viral di media sosial siswa difabel yang duduk di bangku kelas 2 SMPN 4 Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), di-bully teman sekelasnya di sekolah. 


Keluarga korban melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Makassar.


Di koran tersebut disebutkan, “Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Makassar Muhyiddin Mustakim kepada detikSulsel, Jumat (14/6/2024), mengatakan perundungan tersebut terjadi di SMPN 4 Kota Makassar, Jalan Pongtiku, Kecamatan Tallo, Makassar pada Mei 2024 lalu. 


Di koran ini juga disebutkan menurut Kepala Dinas Pendidikan itu kronologinya bukan kemarin, tapi satu bulan lalu. 


Namun kasus itu terungkap setelah viral di media sosial.


Perundungan tersebut tidak disertai dengan penganiayaan. 


Disebutkan di koran tersebut Muhyiddin mengatakan bahwa alasan siswa SMP itu di-bully teman sekolahnya dengan dalih cuma candaan.


"Nda (sampai dianiaya), namanya juga kelainan anak-anak yang bermain. 


Mungkin itu kebetulan yang divideokan, itu kan video pendek yang mau kita tahu apa selanjutnya," kata Muhyiddin. 


Muhyiddin melanjutkan, pihaknya sudah turun langsung mengklarifikasi kejadian ini ke SMPN 4 Makassar. 


Semua pihak terkait, termasuk orang tua korban turut diundang datang ke sekolah.


"Anak-anak yang ada di video itu kami undang semua orang tuanya, kita pembinaan dan klarifikasi. 


Karena kejadiannya sebulan yang lalu. Kami juga mau telusuri kenapa ini tiba-tiba viral," tutur Muhyiddin.


Dia melanjutkan, Disdik Makassar akan menuntaskan persoalan tersebut. 


Pelaporan atas insiden ini ke kepolisian diharapkan untuk memediasi kasus perundungan terhadap siswa difabel itu.


"Pihak Polrestabes juga nantinya, ujung-ujungnya kami diundang untuk mediasi. Bukan ranah hukum, tapi anak-anak ini usia sekolah, masih di bawah umur," ungkapnya.


"Ini perhatian bagi kita semua, dari kejadian ini, semua sekolah di Makassar, anak-anak yang kita didik, utamanya kaum difabel seperti autis perlu menjadi perhatian bagi kita semua," tandas Muhyiddin.


Dalam video beredar, siswa disabilitas fisik tersebut tampak berjongkok di hadapan dua siswa yang berseragam lengkap. 


Tiba-tiba salah satu siswa di antaranya terlihat menendang kepala korban.


Dalam adegan video selanjutnya, korban terlihat berdiri menghadap pagar tembok sekolah. 


Dia berdiri di samping rekannya yang tubuhnya lebih tinggi dari korban.


Studi Kasus


Rina menanggapi, "Ya, kasus itu bisa jadi studi kasus yang baik. 


Dari situ, kita bisa melihat bagaimana peran guru, kepala sekolah, dan teman-teman korban dalam menangani situasi tersebut. .


Kita juga bisa mengusulkan beberapa strategi intervensi berdasarkan kasus tersebut."


Budi mulai merangkum beberapa ide. 


"Untuk strategi intervensi, kita bisa membagi menjadi tiga tingkat: preventif, intervensi langsung, dan dukungan jangka panjang. 


Untuk preventif, sekolah bisa mengadakan program pendidikan inklusi yang melibatkan semua siswa dan guru. 


“Itu kan memang sekolah inklusi, kata Rina. “


“Iya, betul, aku setuju lanjut Budi, walaupun demikian sekolah inklusi tetap di monitor agar berada pada koridor tentang disabilitas dan cara berinteraksi yang baik dengan teman difabel."


Rina menambahkan, "Selain itu, penting untuk membuat lingkungan fisik yang inklusif. 


Sekolah harus memastikan fasilitas mereka bisa diakses oleh semua siswa, termasuk yang difabel. 


Ini bisa mencakup ramp, lift, toilet yang ramah difabel, dan lain-lain."


"Untuk intervensi langsung," kata Budi, "guru dan staf sekolah harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda perundungan dan segera mengambil tindakan. 


Benang Merah


Mereka harus membuat kebijakan anti-bullying yang tegas dan memastikan semua siswa tahu konsekuensi dari perundungan."


Rina menyimpulkan, "Dan untuk dukungan jangka panjang, penting untuk menyediakan layanan konseling bagi korban perundungan. 


Mereka membutuhkan dukungan emosional dan psikologis untuk pulih dari trauma. 


Selain itu, melibatkan orang tua dan komunitas dalam upaya mencegah perundungan juga sangat penting."


Budi mengangguk setuju. "Aku pikir kita punya banyak bahan untuk tugas kita. 


Kita harus menyusun semua informasi ini dengan baik dan membuat rekomendasi yang jelas dan praktis. 


Semoga tugas ini bisa membantu meningkatkan kesadaran dan mengurangi kasus perundungan terhadap siswa difabel di SMP."


"Setuju," kata Rina dengan senyum. "Mari kita mulai menulis laporan kita." 


Dengan semangat, keduanya mulai bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang penting ini, berharap bisa memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.

Comments

Popular Posts