Luka yang Menjalar


Luka yang Menjalar


Ada luka tak terlihat,

tergores di sudut hati yang rapuh,

bisikan duka menjadi jerat,

menyesakkan dada yang penuh keluh.


Amarah yang tak terlepas,

menggerogoti tubuh perlahan,

seperti racun dalam gelas,

menyusup, merusak harapan.


Kesedihan jadi mimpi buruk,

menghantui malam tanpa bintang,

jiwa terperangkap dalam kabut,

mencari jalan keluar yang hilang.


Tubuh pun akhirnya menyerah,

pada beban yang tak tampak,

dada sesak, raga lelah,

karena hati tak kunjung lapang.


Sungguh,

sakit hati adalah bara,

membakar perlahan,

menjalar dari rasa ke raga.


Hingga damai dan maaf menjelma,

sebagai penawar yang sejati,

menyembuhkan jiwa dan raga,

mengembalikan hidup yang hakiki.


Mengalah bukan berarti menyerah,

Bukan tanda jiwa yang lemah.

Ini langkah penuh hikmah,

Menyulam tenang dalam gejolak marah.


Ketika suara ingin menguasai,

Namun hati memilih sunyi,

Mengalah adalah seni tinggi,

Merangkul damai, meluruhkan iri.

Bukan kalah dalam perjuangan,



Namun menang dalam pengendalian.

Mengerti bahwa dalam kesunyian,

Tersimpan bijak, tumbuh kekuatan.

Kita belajar dari setiap luka,



Bahwa hidup tak selalu tentang siapa juara.

Kadang, mundur adalah cara,

Untuk melangkah lebih jauh dari yang ada.

Jadi, biarkan waktu yang berbicara,



Mengalah adalah jiwa yang dewasa.

Hikmah hadir di balik setiap rasa,

Mengajari kita arti cinta dan percaya.


Memaafkan Adalah Kekuatan


Dalam selimut jiwa yang sunyi,

terdengar luka bergema di hati,

ada rasa yang sulit terobati,

dan dendam yang ingin sekali dibagi.


Namun, apa arti balas melukai,

jika jiwa terus terpenjara sepi?

Mungkin memaafkan itu jalan sunyi,

tapi ia memberi ruang pada damai bersemi.


Bukan karena aku lemah tak berdaya,

tapi karena aku tahu, luka bukan senjata.

Memaafkan adalah meraih cahaya,

membebaskan hati dari belenggu derita.


Mungkin sulit, oh, sungguh berat,

memaafkan pada mereka yang khianat.

Tapi dendam hanya melahirkan karat,

merusak jiwa hingga terasa penat.


Aku memilih maaf, meski air mata,

membasahi malam dalam doa.

Bukan untuk mereka yang menyakiti,

tapi untuk hatiku sendiri yang ingin pulih lagi.


Karena di akhir, yang menenangkan hati,

bukan balas yang menghempas duri.

Tapi memaafkan, walau sulit ditempuh,

adalah cara kita menyembuhkan peluh.

Comments

Popular Posts