My Dearest
Drama yang Menguji Kesabaran… aku
Kembali saya gregetan bin gemes, menonton sebuah drama Korea berjudul My Dearest, sudah nonton, anyone?
Bagaimana tidak pemirsah, drama ini membuat saya gregetan. Menurut saya memerlukan orang yang sabar dalam mengarungi perjalanan drama ini.
Dan saya termasuk orang yang tidak sabar.
Tantangan
Tapi ada hikmah dari tiap tantangan mereka, yang bisa menjadi pelajaran, bahwa cinta itu memerlukan perjuangan. Apalagi mereka mengarungi perjalanan kehidupan yang terpisah. Walaupun takdir skenario mempertemukan mereka kembali untuk saling menolong, menguatkan, atau bertemu untuk saling kecewa.
Mbaknya sebagai tokoh utama, suka sama orang lain. Sedangkan mas-masnya suka merayu tapi mau dan suka sama si mba, jatuh cintrong pada pandangan kedua eh pertama. Dan mbaknya sudah memberi label si masnya crocodile alias cicak-cicak di dinding, eh buaya.
Dan mbaknya sendiri menurut teman dekatnya di kampung itu, hatinya suka, tapi karena si masnya dianggapnya gombal bukan serbet ya atau lap, gombal, tukang rayu. Dan ingin penjajakan dulu belum serius. Si mba ya, males, tarik ulur, mang.
Yang kalau saya sendiri yang dirayu, sudah panas dingin, kek dispenser hot and cool.
Maut rayuannya. Dan mbaknya menurut saya menganggap gombal luh mas. Gitu.
Karena masnya sudah memberikan pernyataan kalau dia ingin penjajakan dalam hubungan. Padahal di dalam hati, bucin abis keknya. Sedangkan mbaknya tidak mau penjajakan, maunya serius dalam hubungan itu.
Bertemu…Berpisah… Bertemu… Berpisah
Dalam setiap episodenya, ada tantangan yang dihadapi keduanya.
Membuat merek bertemu dan terpisah kembali.
Bahkan tantangan yang membuat mereka di ujung kematian. Tapi sanggup survive karena suratan takdir jalan cerita dari penulis maupun sutradara memang demikian adanya pemirsah.
Ada suatu peristiwa dimana, si mas mendengar kabar jika suatu pulau tempat mengungsi menjadi sasaran musuh, padahal pulau tersebut direkomendasikan si mas agar mbaknya mengungsi ke sana.
Dan si mba memang ke sana.
Si mas yang mendengar pulau pengungsi diseranh, bergegas ke sana, pakai pesawat, eh ngga. Pakai perahu atau kapal lah, cepat sampai, Tiba-tiba gitu, namanya juga film.
Tiba di sana, posisi mbaknya dikejar-kejar dan dibunuh sama penjahit eh penjahat alias musuh.
Si mas lihat si mba seneng dong, karena si cinta masih hidup. Tapi si mbak ga lihat.
Si mas melawan musuh, sampai collapse (roboh).
Eh dateng-dateng pengawal kerajaan disamping musuh yang dilawan masnya.
Si mba lihat adegan itu, alhasil dikira si pengawal itu yang telah menyelamatkan hidupnya, seperti cerita putri duyung di Ancol.
Berakibat apa saudara-saudara? berakibat ke cerita hidup mereka di episode selanjutnya, tonton ajah sendiri, aku gemesss, gregetan, gemetar ga karuan, esmosi, eh emosi.
Tantangan demi tantangan itu membuat mbaknya tersadar. Lah, iya iyak, si mas memang cinta bucin sama saya. Begitu kali yak.
Sampai si mas, hilang ingatan.
Tipe Si Mba
si mba ini sebenarnya tipe cewek yang senang cari perhatian, tapi dibalik itu dia punya ketegaran sekeras batu karang, pantang menyerah melawan penjajah, eh keadaan tantangan yang dihadapinya.
Di awal-awal episode, gemes lihat si mbak ga mau menyerah mengejar cowok gebetannya, sampai ga tahu malu. Dayangnya ajah sampai malu lihat kelakuan bosnya.
Pertemuan Terakhir
“Suamiku, Gil-Chae di sini”
Mbaknya tanya, “suara apa yang kamu dengar pada hari itu?”
Pertanyaan ini sambungan dari episode pertama, ditonton ajah sendiri ya. Emang minta ditemenin nonton, boleh, di rumah masing-masing.
Comments
Post a Comment