Game Level 8: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini: Day 17


Pengalaman adalah Guru yang Berharga

Di tantangan terakhir di game level 8 ini, saya menceritakan kepada k1 dan k2.

Dari kecil saya sudah belajar berjualan, pertama kali adalah yang booming kala saya masih anak-anak yaitu menyewakan buku saat Ramadan, 100 Rupiah.

Buku yang saya punya adalah majalah bobo, langganan tiap hari Kamis dari saya belum bisa membaca, dibawa bapak saya sepulang kerja. Saya belum bisa membaca majalah Bobo, saya suka lihat gambar-gambarnya. 

Setelah saya bisa membaca, saya buka kembali majalah-majalah Bobo saya. Saya menikmati setiap cerita pendek yang disajikan.

Kembali ke penyewaan buku tadi, saya gelar di depan rumah, dengan teman-teman yang datang menyewa dan dibaca di tempat.

Selain Bobo, dahulu di depan sekolah saya ada penjual buku Petruk dan Gareng dengan cerita horor. Pocong, tuyul dan diselingi humor, saya juga pernah membelinya. Nah koleksi itu jadi tambahan persewaan buku saya tadi.

Selain itu saya pernah berdagang pita dan jepit rambut, ambil dari guru mengaji saya. Hanya beberapa kali saja. 

Setelah itu pernah meminta ibu membuat es kacang ijo dan saya menjualnya di depan rumah. Saya berjualan dengan memasang meja kecil. 

Kemudian saya juga menjual balon tiup yang kecil dengan sedotan warna kuning kecil. Balon itu disusun dalam wadah dan jika kita memilih ada nomor di belakangnya jika ada nomor tertera di belakang balon pilihan kita akan ada hadiah. Dan lucunya nomor yang tertera saya temukan berkali-kali ketika membeli sama letakknya di tiap wadah.

Di bangku kuliah, saya berjualan bunga  untuk wisuda sebagai tambahan kas himpunan mahasiswa.
Itu masa TK, SD juga kuliah saya yang diceritakan kepada anak-anak. Bahwa sejak kecil kita pun bisa berusaha dengan berdagang untuk mengambil hikmah dan pengalamannnya bukan hanya keuntungan.

Kalau k1 dan k2 dari TK sudah ada “Market Day” di sekolah, di mana anak belajar berniaga, juga karakter yang tumbuh dalam pengalaman berniaga itu sepeti kejujuran, kerjasama menentukan barang yang akan dijual, membuat hiasan untuk tempat berjualan, keuletan, karena kalau sudah tidak ada pembeli, anak-anak akan menjemput bola, alias menjemput pelanggan, “ngider”, mencari pelanggan untuk menghabiskan dagangan hari itu. Dan hikmah juga pengalaman lainnya. 

Untuk k1 dan k2 sendiri, saya belum menstimulasi berjualan, tapi sudah dimulai k1 dengan inisiatif berjualan penghapus.

Dan saat ini, saya memberi keteladanan bahwa saya sebagai ibunya juga berjualan buku-buku dan media edukasi, agar tiap hari bisa belajar berusaha dan bersyukur, senantiasa mendekatkan diri pada Allah, belajar berdagang yang halal, belajar bermanfaat untuk orang lain, dengan memberikan peluang orang lain untuk berjualan, memberikan edukasi dari barang-barang yang kita jual, memberikan wawasan kepada anak-anak bahwa berjualan itu hari-hari belum tentu ada yang membeli, tapi usaha tetap dijalani, dan dengan doa kepada Allah senantiasa mengiringi, dan rasa syukur senantiasa terucap setiap hari.




Lain waktu jika ada kardus datang ke rumah, anak-anak bertanya itu kardus isinya apa, buk.

Saya sampaikan itu buku pesanan teman. Kalau k3 pasti merengek minta kardusnya dibuka, maaf ya kak, itu pesanan teman, itu isinya buku, sama seperti kakak punya.

Tiap ada buku baru dan kardus kita buka sama-sama, senang sekali melihat mereka gembira. Ya bonus berjualan pun, kita bisa menikmati harga yang bisa lebih hemat. Kalau anak-anak mau jajan, bisa ditawarkan alternatif lain yaitu menabung untuk buku baru atau media edukasi baru, cukup membantu mereka untuk belajar untuk mempergunakan uangnya dengan bijak.

Walaupun masih k2, jika ditawarkan pilihan hadiah dari menyelesaikan hafalan surahnya, mainan masih menjadi keinginannya. Saya un tetap memberikan masukkan kepada k2, bahwa sesuaikan keinginan dengan benar-benar apa yang dibutuhkan. Bijaksana dalam menggelola keuangan dan menggunakan uang.



والله أعلمُ بالـصـواب

#hari17
#gamelevel8
#tantangan10hari
#cerdasfinansial




Comments

Popular Posts