My Insight: Film Kim Ji- Young Born 1982

sumber: https://g.co/kgs/JgtA4h


Ketika ramai sekali film ini dibicarakan, tentu saja buat saya panasaran,  tapi waktu yang ada belum mengijinkan saya untuk secepatnya menonton.

Nonton dengan sudah membaca spoiler tulisan-tulisan blogger yang berseliweran di dunia maya bahwa tema film ini tentang seorang ibu yang hatinya secara psikologis perlu diperhatikan dan dirawat.

Walaupun demikian tetap menyimak dengan senang hati, di malam hari, di kala anak-anak sudah bermimpi, tinggal diri ini, ditemani suami yang sudah tidur di samping, he..he.

Adegan yang saya ingat, suami bernama Jung Dae Hyun yang pengertian, ketika pulang kerja, langsung membantu memandikan anak, juga perhatian dengan anak, dengan mengajak anak bermain.

Ketika Kim Ji Young liburan di rumah mertua, karena "hayati sudah lelah, bang" (It's too tired) dan memicu Kim Ji Young balik berbicara kepada ibu mertua. Saking capeknya, badan capek, hatipun capek.

Karena ibu mertuanya kalau berbicara ke Kim Ji Young kalau saya lihat membuat Kim Ji Young sakit hati.

Seperti ketika mengetahui bahwa Kim Ji Young sakit tapi mau kerja lagi dengan cara suaminya ijin cuti kerja (di Korea ternyata ada cuti kerja suami untuk mengurus keluarga) karena sebenarnya hal itu sudah dibicarakan baik-baik antara Kim Ji Young dan suami,  suaminya pengertian demi kesehatan psikis istrinya membaik karena bisa kerja kembali.


Sedangkan ibunya tidak terima, karena kalau Kim Ji Young yang kerja otomatis gajinya akan lebih sedikit dibanding suaminya. Adegan itu digambarkan dengan ibunya menelfon Kim Ji Young.

Dan Kim Ji Young tidak bisa berkata apa-apa, karena saya berasumsi selama menjadinistri Jung Dae Hyun, Kim Ji Young menghargai ibu mertuanya.

Padahal suaminya sudah mengijinkan. Sikap ibu mertua yang tidak berkomunikasi efektif terlebih dahulu kepada putranya. Menanyakan dengan baik mmicu kondisi psikis Kim Ji Young lagi, dimana Kim Ji Young jika kondisinya terpicu, dia akan berbicara seperti dia adalah orang lain, kalau di Indonesia, semacam kesurupan. Tapi bukan oleh hantu tapi dia memposisikan dirinya sebagai orang lain, dan itu tidak disadarinya, sampai suaminya harus merekamnya sehingga Kim Ji Young baru percaya.

Adegan lain ketika Kim Ji Young diminta bergabung dengan ibu-ibu di sekitar komplek tempat tinggalnya.

Kalau saya lihat dari adegan itu, saya berasumsi Kim Ji Young baru bersosialisasi, jadi sebelumnya belum pernah bersosialisasi. 

Kegiatannya sehari-hari, momong anak, bersih-bersih, menitipkan anak ke day care, kemudian kembali ke rumah. Nah, setelah kembali ke rumah mungkin Kim Ji Young ini kembali beres-beres rumah, atau temannya kantornya dulu main ke rumahnya.

Karena saya tidak melihat adegan Kim Ji Young, melakukan hobinya setelah anaknya dititipkan ke day care.

Tapi saya suka endingnya, Kim Ji Young sadar dan mau berkonsultasi dengan psikolog, kembali menemukan kegiatan yang disenanginya dan membuat AHA momenya.

Saya mengambil hikmah dari film tersebut, film yang menurut saya ada pelajaran yang bisa kita ambil.

Karena saya juga manusia biasa, ibu yang bekerja di ranah domestik. 

Dan sebagai ibu di ranah domestik, saya membutuhkan usaha untuk senantiasa "stay connected", kepada kegiatan positif untuk mengupgrade diri saya, agar membersamai keluarga pun, selaras dan bahkan mencapai momen AHA dalam keduanya, bahagia menjalani aktivitas, dengan 4E, Enjoy, Easy, Excellent, Earn.

Sesama ibu perlu memiliki komunitas seperti IIP ini, mewadahi potensi unik dari tiap ibu, karena saya setuju tiap ibu pasti punya keunikan potensi yang bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain, sehingga bisa berbagi bersama, menciptakan dan menumbuhkan atmosfir kebahagiaan dari para ibu.


Saya sadar kekuatan seorang manusia menghadapi tantangan hidup berbeda, berbeda cara memandang dan mengambil solusinya.

Allah menenangkan hati ini dengan ayat dalam Quran, yaitu 

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah: 286).

ÙŠُرِيدُ اللَّÙ‡ُ بِÙƒُÙ…ُ الْÙŠُسْرَ ÙˆَÙ„َا ÙŠُرِيدُ بِÙƒُÙ…ُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. Al-Baqarah: 185).

Itulah keindahan dalam Islam, dalam menghadapi tantangan hidup di luar kemampuan manusia, saya membutuhkan pada Allah, jika saya kecewa oleh manusia, saya tetap memiliki Allah di dalam hati saya.

Saya senantiasa berdoa, 

ÙŠَا Ù…ُÙ‚َÙ„ِّبَ الْÙ‚ُÙ„ُوبِ Ø«َبِّتْ Ù‚َÙ„ْبِÙ‰ عَÙ„َÙ‰ دِينِÙƒَ

“Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”

Usaha-usaha tadi diiringi doa, berharap kepada Ridho Allah, bermunajat akan kemudahan, kelancaran perlindungan dari api neraka, bisikan setan yang senantiasa merusak keluarga dengan merusak ibunya dulu. Sebagai jantung dari keluarga itu. 

Wallahualam bi showab 









Comments

Popular Posts