Di rumah aja: hari ke-54: Stroke bagian ke-1


Rasa kangen kepada orangtua memicu saya unguk menuliskannya di blog. Ramadhan ini dengan rasa kangen dan sedih tak bisa bertemu dengan orangtua.

Kejadiannya, Januari 2018 ketika orangtuaku, Bapak, terkena stroke untuk kedua kalinya.

Yang pertama ketika aku masih di bangku kuliah di kota yang berbeda yang jaraknya ratusan kilometer dengan orang tua tinggal.

Kata beliau serangan pertama, sadar. Ketika menulis, tangannya tidak sesuai keinginannya.

Dan beliau langsung ke rumah sakit ditemani ibu, masih dengan kondisi bisa membawa mobil sendiri.

Di rumah sakit oleh dokter ditetes obat di mulutnya kemudian pulang.

Di rumah mandi dengan air panas, istirahat dan kondisi beliau kembali sehat.

Stroke kedua

Perjalanan beliau mengantarkan ngunduh mantu  cucu dari kakak laki-lakinya di Kalimantan.

Bapak yang menginginkan sendiri ikut mengantarkan karena niat bapak menggantikan kakak laki-lakinya yang tidak berangkat.


Kakak laki-lakinya, ya, pakde saya yang sabar, sifatnya bertolak belakang bagai belahan bumi utara dan selatan.

Pakde saya sabar dan suka humor. Menyatu dengan kehidupan, lebih menikmati hidup, cenderung berjalan santai dalam hidupnya.

Sedangkan bapak, disiplin, berkemauan kuat. Deadline dan cenderung berlari di kehidupannya.

Aku menemukan perbedaan dan menyadarinyadi usiaku SD kelas empat. Saya dapat mendapat pengalaman dalam belajat memahami karakter seseorang.

Pemicu stroke bisa jadi karena bapak kurang istirahat. Riwayat darah tinggi juga menjadi pemicu stroke.

Perjalanan pulang dari Kalimantan menuju bandara diceritakan bapak tidak tidur selama perjalanan, karena jalan yang jelek dan duduk di depan dekat supir, membuatnya terjaga selama perjalanan.

Tiba di bandara ketika kaki bapak mulai menapak tanah turun dari mobil, kaki kiri terasa kesemutan.

Bapak masih bisa berjalan dan istirahat di bandara. Obat yang dibawanya untuk diminum rutin, katanya habis.

Di bandara tidak ada yang menangani 

Dan pesawat delay selama 4-5 jam.

Kabar itu saya diterima dari adik yang menelfon saya.

Saya telfon mba saya (anak dari pakde, ibu dari anak yang menikah) untuk tanya rencana turun di Jakarta mau dibawa kemana.

Katanya ke rumah sakit BPJS bapak.

Adik saya menyarakan di rumah sakit PON saja karena dekat dari bandara. Daripada harus ke RS. AU.

Dan keputusan itu akhirnya ke rumah sakit BPJS.

Bapak bercerita masih bisa jalan dan bisa salaman ketika diajak salaman dokter.

Dua hari di rumah sakit. Tangan dan kaki bapak semakin tidak bisa digerakan. Wallaualam.

Dua tahun sudah, terapi rumah sakit, terapis tradisional, herbal dan berganti dokter juga rumah sakit sudah kami jalani. Kami berusaha dengan niat dan usaha terbaik. Belum membuahkan hasil. 

Ketetapan Allah yang terbaik. 

Dari yang awalnya di rumah sakit menjadi tak bisa jalan, kenudian bisa berdiri dituntun, kemudian menggunakan tongkat dan diminta dituntun.

Dari yang kaki bisa mengangkat dan menapak, sambil ditekuk pelan-pelan.

Saat ini diseret.

(bersambung)

Comments

Popular Posts