Di rumah aja: hari ke-84: Empati

Terenyuh

Melihat orang tua bahkan sudah tua dalam keadaan sakit, masih berjualan. 

Di channel You tube berseliweran, di Instagram, di Facebook. 

Teringat orang tua yang belum bisa kumpul lagi di rumah karena belum bisa kami jemput. Semoga pandemi Covid-19 ini semakin surut dan tak lagi akut.  Sehingga orang tua bisa ikut. 

Apalagi ada orang tua yang stroke, ada yang buta, ada yang tremor masih berjuang agar tidak meminta-minta. 

Menjual hasil kebun sendiri, ambil dari orang lain, menjual barang-barang bekas,  dilakukan agar bisa menghidupi diri. 

Jika ada yang memanfaatkan situasi atau bekas kasihan dengan sengaja mencari dan menggunakan orang tua menjajakan produknya agar terbeli. Dan bukan karena keinginan orang tua sendiri untuk mengambil barang untuk dijual. 

Itu urusan orang lain dengan Allah. 

Menurut saya Allah memberikan kesempatan  takdir lintasan pertemuan antaran orang tua itu dan saya agar bisa membeli dagangannya sambil bersedekah. 

Ada tayangan di satu medsos, orang tua tinggal di belahan negara lain, hidup sebatang kara, rumah seadanya, menghidupi diri dengan mencari barang bekas, menjual barang bekas, menjual hasil kebun, dan ada yang ingin membeli makanan tapi uangnya tidak cukup, hanya melihat saja tanpa meminta-minta. 

Satu dari sekian banyak video:
Link video

Tontonan seperti itu membuat saya agar tak lupa bersyukur, membuat hati selalu hangat dan tak membatu. Dan mengingatkan untuk bersedekah dengan membeli dagangannya.

Dikutip dari sumber: https://almanhaj.or.id/989-menggapai-ridha-allah-dengan-berbakti-kepada-orang-tua.html, 

jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. 

Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya. 

Seperti tersurat dalam surat al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman:

 وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا “

Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-24] 

Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36:

 وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [An-Nisaa’ : 36]

Dan merawat orang tua bagi saya sendiri tentulah bukan perkara yang mudah, akan tetapi juga tetap membuat saya melangkah untuk tak mudah menyerah.

Karakter dan pola pengasuhan orang tua pastilah saya mengenalnya sejak anak-anak. 

Untuk orang tua saya, keduanya saya banyak menggunakan telinga untuk mendengarkan apa yang orang tua ngobrol kan. 

Feedback sangat sedikit, untuk bapak saya feedback yang didengarkan beliau berupa nasihat yang dikemas dalam bentuk kisah, dan saya merasa hal ini seperti saya menceritakan kisah kepada anak-anak saya.

Saya sadar stroke yang dialami bapak sejak Januari 2018 yang menurut saya sudah membaik, karena pada awalnya dari tempat tidur saya, sudah bisa berjalan dengan bantuan tongkat, dengan kaki masih terseret-seret dan lemah untuk diangkat, karena faktor usia. Dan tangan yang sudah tidak kaku lagi, walaupun belum bisa untuk berfungsi dengan normal, untuk memegang dan menggenggam.

Sedangkan ibu, batinnya lelah, karena serba salah jika mengobrol dengan bapak, selalu disalahkan. Dan bapak meminta kecepatan dari ibu dalam "meladeni" (melayani) nya, sedangkan kondisi ibu Diabertes Militus (DM) sejak 1999 hingga saat ini dari DM kering hingga menggunakan suntikan dan basah jika luka lama sembuh, bernanah dan menghitam jika sembuh. Awalnya sehat dulu pun ibu bekerja dengan pelan-pelan, rapi, bersih. Apalagi sakin dan faktor usia membuatnya lebih pelan lagi dalam merawat juga "meladeni" (melayani) bapak.

Sedangkan jika orang tua di rumah saya, saya lebih tenang dan saat ini beliau sedang berada di rumah bersama adik di luar kota karena menemani adik yang lahiran kembar. Dengan kondisi ibu, masih membantu adik dan juga bapak.

Orang tua saya pun, terutama ibu lebih nyaman di rumahnya, saya paham, saya pun jika harus memilih, saya ingin tinggal di rumah saya sendiri, nyaman dengan tiap sudut rumah yang sudah menjadi bagian hidup kita.

Saya yang jauh ini, kata demi kata saya tuliskan untuk menguatkan saya, untuk senantiasa berdoa dan bersyukur kepada Allah, bahwa kondisi ini pun jalan terbaik untuk kami.

Saya tidak membandingkan kondisi orang tua sebatang kara yang saya ceritakan di awal-awal tulisan ini. Bagi saya, kehidupan seseorang itu tidak bisa dibandingkan satu sama lain. 

Tapi sudah punya ketetapan dan tantangannya masing-masing, saya melihat kondisi yang berbeda ini sebagai inspirasi saya.

Rasa terenyuh dan sedih menjadi kekuatan saya untuk senantiasa dekat dengan Allah, menghamba kepada Allah, berharap ampunan dan ridho-Nya.



Comments

Popular Posts