Amblyopia Bagian 1

Episode Covid-19, hari ke-86: 


Mata itu

Bagian ke-1 dari dua bagian

Mau meneruskan tulisan tentang drama korea Hospital Playlist, apa daya agenda hari ini, wuih, gitu deh. Tidak bisa menonton dulu ya. Juga belum download, karena mengandalkan streaming itupun dengan provider yang paling mumpuni pun, tetap saja berputar-putar membuat diri ini pun ikut pusing menunggu putaran itu selesai, he...he.


Saya memutuskan menulis tentang anak saya, K3, yang di usinya tiga tahun, ketika menonton tayangan televisi di rumah neneknya, memicingkan matanya.


Selama satu tahun, kami mengulur waktu, karena kesibukan dan sebagainya,walaupun kami sadar dengan mengulur waktu maka dampak ke depannya kemungkinan bisa lebih bertambah efeknya dengan mata anak kami.


Walaupun demikian ada perasaan yang terus mengganjal dan kepikiran terus jika tidak memeriksakan mata ke dokter.


Dan diusia anak kami empat tahun. Kami bawa ke dokter faskes satu, diberikan rujukan dengan sebelumnya dianjurkan untuk memberikan penutup mata atau patch eye, seperti tutup mata bajak laut untuk dipakai bergantian sehari empat jam tanpa berhenti kanan dan empat jam kiri. Karena mata anak masih mengalami proses pertumbuhan  juga.


Setelah diberikan rujukan, kami mengunjungi rumah sakit, karena anak kami belum hafal huruf dan angka juga fasilitas di rumah sakit tersebut belum ada alat untuk tes mata anak yang belum paham simbol, angka dan huruf maka pemeriksaan tidak bisa dilakukan di rumah sakit di kota kami. Kami diberikan rujukan untuk mengunjungi rumah sakit provinsi.


Kami mengunjungi rumah sakit daerah utama dan terbesar di ibu kita provinsi. Dengan BPJS. Pendaftaran awal yang mudah. Pemeriksaan berlangsung seharian dari pagi sampai sore. Berganti dokter satu dengan yang lain. Anak kami di usianya 4 tahun cukup lelah dengan menunggu pemeriksaan.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Oftalmoskopi langsung K3 duduk, dokter akan mengarahkan seberkas sinar pada pupil menggunakan oftalmoskop untuk memeriksa mata, setelah itu dokter akan melihat bagian dalam mata secara langsung melalui lensa pada oftalmoskop. Dokter meminta K3 untuk melihat ke arah gambar kartun yang ditempel di dinding, ketika melakukan pemeriksaan ini.

Kemudian menunggu panggilan lagi untuk diperiksa, diberikan obat tetes mata khusus untuk melebarkan pupil atau “jendela mata”,  sehingga bagian dalam mata lebih mudah diperiksa. Dokter baik mengingatkan bahwa obat ini kata dokter perih ya bu, sebentar dan memang benara pda saat K3 ditetes obat ini menangis, dan dia berkata, tidak mau lagi ditets ini. Saya bilang ini untuk mengobati mata K3. Aih sedih aku tuh.

Selanjutnya menunggu lagi untuk dipanggil, dan setelah ditetes tadi kemudian dipanggil untuk Tes ketajaman penglihatan (uji refraksi), tes ini untuk mengetahui seberapa jelas penglihatan ketika melihat suatu objek pada jarak tertentu dilakukan menggunakan kartu.

Ini papan gambarnya.

Sumber gambar: google

Pemeriksaan sebanyak 3x, dengan dua dokter yang berbeda, menyamakan simbol sambil diganti-ganti lensanya. Mood anak kami terlihat kurang menyenangkan. Malas-malasan. Dan kurang yakin akan jawabannya. 


Hasil pemeriksaan hari itu, kami diberikan diagnosa, jika anak kami mengalami Lazy Eyes atau mata malas atau Amblyopia Dokter satu juga menyebut patch aye sebagai solusi dan juga kacamata. Dan kami mulai mencari-cari, berselancar info di mesin pencari internet.

Dikatakan faktor genetik karena saya menggunakan kaca mata, saya bilang ke dokter tersebut saya menggunakan kacamata baru kuliah dengan minus awal 0.5. Dan dokter berkata itupun juga termasuk bakat genetik.


Kami diminta kembali lagi dalam jangka satu minggu. 


Oya, mengutip dari aplikasi alodokter, dikatakan mata malas atau amblyopia adalah gangguan penglihatan sebelah mata pada anak-anak, karena otak dan mata tidak terhubung dengan baik sehingga mengakibatkan penglihatan menurun.

Adanya mata malas pada anak akan menyebabkan kualitas atau fokus penglihatan yang dihasilkan oleh kedua belah mata berbeda. Atau Amblyopia disebabkan oleh kerja otot mata dan saraf otak yang tidak bekerja sama dengan baik.


Efeknya, otak hanya akan menerjemahkan penglihatan dari mata yang baik dan mengabaikan penglihatan dari mata yang mengalami gangguan (mata malas). Jika tidak ditangani dengan baik, mata yang malas dapat mengalami kebutaan.

Mata malas umumnya terjadi sejak lahir hingga usia 7 tahun. Pada beberapa kasus yang langka, penyakit ini dapat menyerang kedua belah mata.


Dan kami kembali lagi, dengan proses yang sama, menunggu antrian, dokter berganti-ganti,  juga untuk belajar para dokter residen. 


Di pemeriksaan kedua menggunakan alat mirip scanner barcode harga kasir dengan bentuk lebih besar, dan ada tayangan juga musik. Ternyata nama Handyref fungsinya menganalisis area di pupil mata dengan luas mencapai maksimal 4 mm dan mengukur cahaya yang masuk melalui zona pupil mata.

K3 saya pangku, karena anak itu meminta saya untuk memangkunya dan diperiksa dengan alat itu. Saya tidak bisa melihat apa yang dilihat K3, tapi saya mendengar lagu anak-anak diputar dari alat itu.

Bentuk HandyRef. 
Sumber gambar: Handyref


Sumber gambar: google

Kemudian hasilnya keluar dari mesin seperti gambar di bawah ini. Hasil itu saya bawa kembali untuk dikonsultasikan ke dokter. Dan dibuat resep kacamata.

Sumber gambar: google


Dan dokter hanya menyarankan menggunakan kacamata dulu, patch eye belum dulu, lain pendapat dari dokter yang di hari pertama periksa. Karena memang dokternya berbeda di hari kami kontrol kedua.

Kami kasihan dengan anak kami yang lelah menunggu. Sore kami baru mendapat resep kacamata yang harus menunggu hingga maghrib. Dengan plus dan minus kanan juga kiri yang banyak.


Dan kami diberikan surat kontrol untuk bulan depan. Belum sampai bulan depan, kami berembug untuk mencari referensi lain. Agar K3 nyaman berobat dan tidak kelelahan yang menyebabkan K3 tidak mau periksa mata.


Dan kami mendapat referensi di Eye Center di ibu kota provinsi.

Bersambung bagian ke-2


Comments

Popular Posts