Teman Belajar di Tahun Ajaran Baru
Pandemi Covid-19: hari ke-97:
Akan tetapi tahun ajaran itu baru pun, teman belajarnya tetap si ibuk ini di tengah pandemi Covid-19. Berpikir lagi dan lagi untuk mendatangi guru private ke rumah walaupun hal itu masih ku pikirkan. Dan uneg-uneg ku belum aku floor kan ke anggota keluarga yang lain.
Yang pasti aku bersyukur, kami sehat dan masih bersama di rumah sederhana kami. Aku bersyukur dengan kebersamaan ini aku masih bisa berproses menguatkan keterampilah hidup anak-anak ku di rumah, dengan belajar bertanggug jawab dan kemandirian mengerjakan tugas-tugas di rumah.
K2 SD, tidak ada ujian sekolah di akhir pembelajaran semester dua ini, sebagai penggantinya mengisi kegiatan di rumah dengan kegiatan ibadah atau membantu orang tua dengan life skill-nya untuk K2 usia SD dan murojaah untuk disetorkan satu juz sesuai dengan juz nya masing-masing.
Sedangkan K1 SMP, juga tidak ada ujian dari sekolah, penggantinya yaitu seperti menciptakan bisnis mendampinginya memperkenalkan web marketing, cara daftar akun, diskusi tentang memilih supplier, apa itu reseller, dropship, dan memotivasi bahwa kesuksesan itu jalannya tidak selamanya mulus, selain itu, membuat kerajinan dari limbah daur ulang yaitu memanfaatkan kardus bekas membuat tong sampah untuk memilah botol bekas dan plastik bekas, selain itu juga mendampingi membuat design flyer, membuat foto kegiatan dalam rangka budaya sehat, juga membuat puisi dan cerpen.
Begitu pula dengan K3, murojaah di rumah, dan membuat kerajinan sesuai dengan video tutorial cikgu nya.
Walaupun tidak ujian, curahan waktu untuk anak-anak dalam mendampingi mereka, yang membuat waktu untuk menulis belum bisa kuraih.
Tapi sempet nangis sih esmosi (emosi) jiwa tak tertahankan kalau ga bisa menuangkan tinta ini ke dalam bentuk tulisan😂 campur aduk bakal nasi uduk, enak, renyah di hati kalau sudah menulis.
Aku baca artikel katanya nih ya dalam buku larisnya yang berjudul “The Female Brain”, yang banyak dikutip untuk mengamini kepercayaan masyarakat tersebut, Louanne Brizendine pada 2006 menyatakan bahwa perempuan mengeluarkan 20.000 kata perhari dibandingkan laki-laki yang hanya menggunakan rata-rata sebanyak 7.000 kata setiap harinya.
Aku juga yang termasuk mengamininya. Dulu aku sebelum nikah, niat aku ga mau kayak ibu-ibu yang cerewet, pernah lihat ibu-ibu ngomelin anaknya di jalan. Realitanya? aku lebih lebih parah cerewetnya daripada si ibu yang pernah ku lihat itu😂🤣
By the way, benarkah perempuan mengeluarkan 20.000 kata perhari dibandingkan laki-laki yang hanya menggunakan rata-rata sebanyak 7.000 kata setiap harinya.
Berdasarkan laporan James Pennebaker pada tahun 2007, yang melakukan rekaman terhadap percakapan harian 396 orang mahasiswa yang terdiri dari 210 perempuan dan 186 laki-laki di Texas Arizona dan Meksiko. Hasilnya menyatakan bahwa rata-rata perempuan dan laki-laki menggunakan jumlah kata yang sama setiap harinya.
Rata-rata kaum hawa mengeluarkan sebanyak 16.215 kata per hari sedangkan kaum adam menggunakan rata-rata 15.669 kata setiap hari. Tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok seperti angka 20.000 kata dibandin 7.000 kata yang dikutip secara massif oleh media, konselor pernikahan dan buku-buku self-help tentang relasi antar gender.
Hal menarik lain yang juga dapat dipetik dari penelitian Pennebaker adalah perempuan memiliki kecenderungan untuk membicarakan orang lain dan laki-laki lebih memilih untuk banyak membicarakan hal-hal yang sifatnya konkret.
Dan ternyata?
Brizendine pun mengakui kekeliruan ini karena apa yang ia nyatakan tidak memiliki pendukung secara empiris dan ia berkenan untuk menghilangkannya pada buku edisi yang akan datang.
UWU😆
Artikel selengkapnya bisa dilihat di sini
Wallahu'alam bisa showab.
Entahlah siapa yang benar? Bang Rhoma kali, ya kan Aniii😁
🧐🤔
Yang pasti menulis membuat aku bahagia dan ngeblog aku bisa menyalurkan seluruh jiwa dan raga ku, puasss 😗
Tercurah dan bahagia jika bisa menulis. Apalagi bisa ditambah bonus membaca.
Oke, back to "tahun ajaran baru", "BDR" Belajar dari rumah untuk anak PAUD sampai SD mempersiapkan untuk pembelajaran daring yang lebih mengena.
Uneg-uneg ku itu ya misalkan ada video tutorial, ada feedback dari cikgu, ada games menarik, ada kunjungan sepekan sekali ke sekolah buat satu kelompok untuk lima anak seperti belajar kelompok, kenudian jeda 14 hari sebagai ikhtiar menunggu isolasi mandiri, kalau ternyata ada yang sakit setelah kunjungan bisa terdeteksi (audzubillah min dzalik) dijadwal dalam seminggu berikutnya dengan kelompok yang berbeda dengan memperhatikan protokol kesehatan tentunya.
Karena anak yang terbiasa belajar bersama teman, ada beberapa anak termasuk tipe anak ku, dia bisa tambah semangat belajar jika bersama teman.
Penggunaan masker pun wajib jika ke sekolahan nantinya, sekolah mempersiapkan peraga dalam bentuk tulisan di setiap sudut sekolah, mulai dari gerbang masuk sekolah dan keluarga. Alat cuci tangan sebelum di gerbang masuk. Ada penjaga di pintu masuk, untuk men-scan dahi atau kening siswa dan siswi. Proses disinfektasi alas kaki.
Batas penjemput pun diberlakukan, posisi tempat batas penjemputan. Semua memerlukan persiapan. Dan dilakukan sebelum masa tahun ajaran baru di mulai di persiapan dengan sebaik-baiknya karena ini masalah kesehatan dan penyakit yang merenggut banyak nyawa.
Comments
Post a Comment