Pengalaman Pribadiku dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak

Membaca itu Menyenangkan,  Banyak Bonus Kebaikan, Let’s Read 

Bagaimana tidak menyenangkan jika anakku nomor satu, laki-laki, sebut saja K1, sampai tertidur jika aku bacakan cerita di kala tidur siang maupun malam, entah karena capek setelah bermain di sekolah atau bermain seharian di rumah di usianya 3,5 tahun.

Ini berkat ayah ku juga pada saat usia anakku dua tahun dan masih tinggal bersama ayahku di ibukota negara yang indah yaitu Indonesia, K1 tertarik mendengar cerita kakeknya mengenai jalan cerita wayang kulit dan tokoh-tokohnya. 

Ayahku membuat ceritanya sengaja dibuat salah, dan ketika salah anakku segera memberikan cerita yang benar yang pernah diceritakan ayahku sebelumnya. 

Dia mulai tertarik dengan huruf, diusianya menjelang  dua tahun, dia mencocokan huruf yang sama dan menunjukkannya kepadaku.

Di usianya 3,5 tahun, kami pindah ke sebuah kota di Jawa Tengah, ketika pulang sekolah dari kelompok bermain dan istirahat siang, kami membacakan cerita pada majalah anak juga sisipan cerita anak dari sebuah majalah wanita yang aku beli. 

Pada malam hari, ayahnya menceritakan sebuah cerita juga lewat membacakan buku sampai K1 tertidur. K1 suka bermain peran. Dia akan menggunakan topi tentara, pedang dan benda-benda di sekitarnya sesuai dengan imajinasinya.

Di kota ini ayah mertua ku memiliki sanggar pedalangan dimana juga terdapat fasilitas alat musik di sanggar itu. K1 suka memainkan alat musik dan betah bermain di sana. 

 Pada hari libur, K1 melihat latihan dalang anak-anak SD dan kami menitipkan kepada pelatih dalang. Karena K1 belum bisa membaca modul materi pedalangan kala itu, dia menghafal gerakan. Awal-awal belajar cara menggerakkan wayang kulit dan mementaskan dalang pada adegan Goro-Goro. Di sanggar tak hanya belajar mendalang saja, anak-anak juga belajar memainkan alat musiknya, metodenya, ketika satu anak mendalang, anak-anak lainnya akan memainkan alat musik pengiringnya secara bergantian.

Bagaimana dengan proses belajar membaca, kami tidak mengikutkan K1 les membaca, kami mendampinginya mengulang-ulang bacaan di rumah, dari sekolah diberikan buku pedoman latihan mengenal huruf, dan ketika memasuki SD K1 juga belum bisa lancar membaca, masih bingung membedakan huruf “b” dan “d”, belum lancar membaca menggunakan kata “ng” dan “ny”. Dan hal itu senantiasa berproses sehingga dia lancar membaca sendiri.

Tidak bisa membaca dengan cepat, tidak menyurutkan langkahku untuk terus menumbuhkan minat baca anak-anak ku.

Bahasa ibu dari K1 adalah bahasa Indonesia, karena aku lahir dan besar di Jakarta akan tetapi orangtua ku berasal dari Jawa Timur, dari kecil ibuku tidak mengajarkan aku bahasa Jawa, bahasa Jawaku pasif. Sehingga ketika membahasakan anak-anak di rumah, aku menggunakan bahasa Indonesia. 

Akan tetapi, K1 antusias dalam mempelajari bahasa Jawa. Di usia SD, dia mempelajari bahasa Jawa sendiri, jarang sekali pelajaran bahasa Jawa aku dampingi dalam belajar, dia membaca sendiri, kami melihat-lihat jejeran penjual buku di gelaran, dan K1 selalu memilih buku tentang bahasa Jawa atau cerita tentang legenda. Dan dia akan membaca-baca sendiri.

Di sekolah sejak kelas dua SD diikutkan lomba cerita bahasa Jawa, pertama kali lomba di tingkat kecamatan dan mendapat juara satu. Maju ke tingkat kabupaten Pati mendapat juara dua. Suatu prestasi yang membanggakan untuk kami. 


P
Pentas Dalang seminggu setelah K1 di khitan tahun 2017, kelas 5 SD

Puncak keikutsertaannya yaitu kelas lima yaitu lomba bercerita tingkat provinsi Jawa Tengah di Arpusda Semarang, pengalaman yang luar biasa, saya melihatnya sampai ikut gemetar, ikut deg-degan, terharu dan menangis akan jerih payah usahanya dalam berlatih, walaupun belum menang. Dia begitu percaya diri. 





Juga maju lomba cerita MAPSI (Lomba Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Seni Islami) tingkat SD provinsi Jawa Tengah di kota Wonogiri, juga belum menang.

Perjalanan K1 adalah perjalanan dan usahanya juga atas bantuan dan perhatian guru di sekolahnya mengenali minat dan bakat anak, kami orangtuanya menjadi orang yang pertama kali menumbuhkan minat dan bakatnya dan mendampingi juga memotivasi. Kami sebagai orangtuanya menjadi role model.

Saat ini K1 menyukai novel dan kami pun berdiskusi tentang isi novel, mengapa memilih novel itu.

Membacakan buku itu mudah bagi kami, tantangan kami adalah waktu. Akan tetapi lain anak, lain minat dan bakat.

Lain K1 anak pertama kami, lain dengan K2 anak kedua kami, perempuan, kami ingin K2 juga menyukai membaca buku sejak dini. 

Ketika kami membacakan buku, K2 tidak mendengar seperti K1, K2 akan berlari ke sana ke mari, sayang sekali saat itu kami tidak menggali ilmu dan menggunakan metode yang sama dengan kakaknya. 

Akan tetapi ketika K2 berlari ke sana kemari kami tetap membacakannya buku. K2 bisa membaca juga di kelas satu SD, untuk K2 aku meminta bantuan teman untuk melatih membaca di sekolah. Karena di rumah tantangannya adalah adiknya masih kecil yang membuat k2  terganggu konsentrasinya. 

K2 memerlukan motivasi dari luar sehingga kami memfasilitasi dia dengan alat peraga, seperti alat permainan logika atau talking pen untuk menumbuhkan minat membaca buku.



K2 pernah tampil bersama teman-teman berpantomim. 

Hal yang disukainya yaitu membaca komik. Jika bacaan dengan tulisan saja, dia akan senang kami bacakan sampai saat ini. Dia senang mendengarkan kami membaca, lain ketika dia masih kecil yang berlari-lari, dia senang mendengarkan cerita kami sambil tidur. 

Dia suka membaca sambil divideokan oleh dia sendiri. K2 juga senang bercerita tentang sesuatu kepada kami menjelang tidur, sampai dia merasa ngantuk. Kami memotivasi dia untuk terus bercerita dan memvideokan nya. 

Memotivasi dia dalam membaca puisi. Dia lebih suka menceritakan pengalaman sehari-hari atau isi hatinya atau isi pikirannya dibanding menuliskannya. 

Maka dari itu kami mendorongnya untuk merekam suaranya dan juga memvideokan kegiatannya dalam membaca buku. Aku juga mengajaknya ngobrol tentang buku yang sudah dibacanya juga dalam pelajaran bahasa Indonesia, kami juga belajar mana kalimat utama, paragraf, isi paragraf, tema, hikmah atau pesannya.

Anak kami ketiga, kami sebut disini K3, perempuan diusianya saat ini 4 tahun, kami sudah mengenalkannya pada buku sejak dia bayi, di dalam kandungan pun saya membaca buku dengan bersuara agar dia mendengarnya. 





Kami di sini banyak menggali dan belajar menumbuhkan minta baca anak. Khususnya aku. Di usia K3 memasuki tiga tahun, aku sengaja tidak memasukkan dia ke kelompok belajar. 

Aku mendaftar ke komunitas ibu profesional agar ilmu dari komunitas itu aku bisa pergunakan untuk mendampingi K3 belajar juga meningkatkan kualitas diri dan memantaskan diri dihadapan keluarga belajar dan harapannya semoga bermanfaat untuk orang lain. Mulai dari kelas foundation sampai kelas bunda sayang.

Gayung bersambut, di kelas bunda sayang ada satu tema yaitu  selama 10 hari tantangan membuat laporan kebersamaan dengan anak menumbuhkan minat baca anak dan juga membuat pohon literasi buku apa saja yang sudah dibaca. 





Dan tema itu saya mendapatkan badge You’re Outstanding karena menuntaskan tantangan selama 15 hari berturut-turut tanpa jeda. 


Kartu Hasil Studi Semester 2
Kelas Bunda Sayang ibu Profesional

Kartu Hasil Studi Semester 2
Kelas Bunda Sayang ibu Profesional



Aku belajar bercerita dengan melihat gambar dan tanpa teks, atau belajar bercerita tanpa menggunakan buku sesuai dengan imajinasiku, akan tetapi disarankan oleh kelas Ibu Profesional, agar berceritalah dengan kejujuran. Buatlah cerita sendiri dengan pesan kebaikan kepada anak.

Tiap hari saya membacakan buku untuk K3, saat ini dia senang bermain peran seperti K1 sewaktu kecil. Tetapi K3 lebih kepada bermain peran diikuti dialog, dia berbicara seolah-olah menjadi dua orang yang berbeda peran, misalnya menjadi ibu dan anak, dengan suara yang berbeda, satu besar dan satu kecil, sambil memainkan benda-benda seperti boneka. Kami juga bermain menggunakan buku-buku yang kami sengaja membelikan buku berjenis boardbook yang awet.



Aku ikut kelas mendongeng satu hari via aplikasi chat demi apa? Demi anak? He..he..demi menumbuhkan minat membaca anak, aku tergabung dalam komunitas literasi, mencari berbagai pengalaman, seperti kelas mendongeng, aku belajar suara besar dan kecil, suara gajah, angin, yang dibutuhkan sebagai efek bercerita lebih seru lagi untuk anak-anak di rumah.

Aku pernah mengajak K3 mengunjungi sekolah kakak-kakaknya ketika ada pendongeng datang ke sekolah, aku pun mengajak K3 melihat. Setelah K1 dan K2 pulang sekolah mereka bercerita tentang pendongeng itu dan aku berharap kepada mereka bisa memberikan inspirasi, pendongeng itu juga mempersiapkan dongengnya dengan membaca buku, jadi ketika tampil mereka sudah menguasai materi dan panggung.

Aku dan K3 juga suka merekam gambar kami ketika membaca buku. Yah mengikuti perkembangan zaman. Selain buku kami menyediakan fasilitas talking pen, walaupun suara orangtua lebih baik dalam meningkatkan bonding, talking pen merupakan juga merupakan.



Dalam menumbuhkan minat baca anak kami juga memberikan pengalaman-pengalaman berkegiatan di luar sekolah, di tenpat baru juga bertemu teman-teman baru, khususnya pada saat liburan sekolah.

Kami mempunyai pengalaman menarik dalam rangka menumbuhkan minat baca anak, kami pernah mengikuti kegiatan k3@playdate, mengunjungi Perpustakaan Nasional di Jakarta, kegiatannya yaitu membuat alat peraga untuk mendongeng, menari, di perpustakaan ruang anak-anak, kemudian mendengarkan dongeng juga berkeliling bersama dengan bis tingkat, seru sekali  kami juga melihat rak buku yang tinggi sekali di gedung itu.







Ketika weekend jika berkesempatan keluar kota, kami membawakan buku untuk anak-anak, dan kami suka bercerita di alam terbuka bersama anak-anak.




Car Free Day di Alun-Alun, baca buku



Saya membuat perpustakaan di rumah dan menaruh buku pada posisi yang terjangkau anak-anak, apalagi K3, saya taruh di dalam kotak yang mudah dijangkaunya, dia suka buku bergambar, suka bermain dengan bukunya. 


kotak untuk tempat harta karun buku

Untuk hadiah, kami senang membelikan anak-anak buku dibandingkan mainan. Kami pun mempunyai program rutin membacakan buku bergantian satu kali dalam sehari, dua lembar sampai empat lembar pada saat family time. Sungguh menyenangkan anak-anak yang memilih buku untuk hadiah mereka.

Dan sungguh menyenangkan apabila mereka senang dan antusias diajak ke pameran buku ataupun toko buku.

Saat ini aku juga bisa mengakses aplikasi Let's read, sebagai amunisi bercerita untuk menambah minat baca anak-anakku. Aku mendownload aplikasi Let's Read melalui aplikasi google play di hp android ku. Aku bisa dengan mudah memilih bacaan untuk anak ku yang sesuai dengan karakter kebaikan yang ingin aku sampaikan kepada anak ku. Aplikasi ini juga bermanfaat ketika mencari sumber inspirasi bercerita ketika berpergian ke luar kota dan buku yang akan dibawah tertinggal di rumah







Ada pilihan level untuk disesuaikan dengan usia anak

Bisa disimpan offline, ketika kehabisan kuota data bisa dibuka

Terdapat pilihan bahasa dan bisa memilih bahasa




Akun Instagram Blogger Perempuan Network

Akun Instagram Let's read

 Aku juga mengunjungi akun instagram
Let's Read Indonesia, karena ada inspirasi kisah tentang relawan literasi yang bisa memotivasi diri ku. Juga akun Blogger Perempuan Network karena banyak informasi event lomba blog juga inspirasi blog yang bisa menjadi motivasi aku untuk tetap menulis.



Ini akun twitterku, bantu add pertemanan ya, Kak🤗



Banyak bonus kebaikan yang kami terima seperti menumbuhkan minat baca anak,  meningkatkan bonding, anak-anak menyukai buku, mendapat pengalaman dan ilmu pengetahuan dari buku-buku yang dibaca.






Menemani anak-anak membaca terasa menyenangkan, waktu menjadi cepat berlalu, hanya ada kami dengan anak-anak, oya terutama bersama buku ya, he..he..

Comments

  1. Luar biasa dukungan orang tua ya untuk anak-anak untuk mengakrabkan anak dengan buku, keren prestasinya kakak..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts