Momen Indah Tak Tergantikan


Kebahagian dan keceriaan di rumah akan tercipta jika Bubun nya hepi (bahagia) dulu, kalau bubun nya hepi dimulai dari diri sendiri, keluarga akan terkena virus hepi atau bahagia dari si ibu. 

Ya, keluarga ceria jika efek ceria datang dari si ibu. Ibu yang ceria dapat menghangatkan suasana dan membawa dampak kesehatan jiwa dan raga.

Karena hati yang bahagia akan meningkatkan auto imun.

Aku bersyukur masih ada waktu untuk menulis di blog, mencurahkan kata-kata juga mengasah otak dalam bentuk tulisan, juga masih bisa menerjemahkan. Dan beberapa kali ikut meramaikan Group FB Ibu Profesional lewat challenge serunya.

Masih bisa hunting foto bunga atau spot yang aku sukai jika keluar rumah sambil bersepeda di lingkungan. Atau otak-atik desain gambar via aplikasi handphone. Ikut kelas parenting dan lainnya secara daring. Juga menjalankan usaha online ku di bidang edukasi.




Menurut ku hikmah dari pandemi ini, satu dari banyak hal pelajaran yaitu time management.

Berkurangnya kegiatan ku di luar rumah, dialokasikan untuk memonitor belajar anak di rumah.

Sebelum pandemi kegiatan banyak di luar rumah, alokasi nya waktu ini, dipergunakan untuk mendampingi anak-anak belajar. 

Walaupun kemampuan ku sebagai pembimbing anak-anak terbatas, akan tetapi aku bisa memberi semangat untuk mereka.

Juga belajar dan berproses kembali untuk manajemen waktu bersama anak tentang screen time. Dan penggunaan gadget atau alat teknologi untuk kebutuhan ilmu pengetahuan juga mempermudah kehidupan. (Bunda Sayang Level 12, keluarga multimedia).

Aku sadar anak-anak sudah kangen sekolah, kangen bermain bersama teman. 

Anak kami boarding SMP di Magelang dan masih menerapkan daring, pun sama halnya dengan anak kami yang SD di Pati, Jawa Tengah, masih menerapkan daring.

Anak-anak ku juga bermain di luar rumah dan aku sayangkan anak-anak ku sendiri jika keluar bermain, maskernya dibiarkan menggantung tidak menempel. Sudah ku ingatkan, akan tetapi dilepas kembali. Maka dari itu, kegiatan bermain di luar rumah bersama anak-anak lain aku batasi.



Aku dan keluarga masih bisa menikmati alam di luar ketika suami libur masih di kota yang sama.

Dengan protokol kesehatan, berpergian dengan kendaraan pribadi, pagi hari, masih sepi dan pulang ketika orang mulai rame. Membawa masker lebih dari satu, hand sanitizer juga sabun cuci tangan, tissue basah, membawa mukena dan alas sholat sendiri, mengusahakan membawa minum dan makanan sendiri.

Anak-anak ketika libur tak ada daring di hari Ahad, paling sering bermain bola di tempat saudara sepupu yang tinggal di lingkungan rumah dinas dan memiliki lapangan rumput untuk bermain bola yang luas, anak-anak bisa bebas.

Atau bersepeda keliling lingkungan, berjemur di atas sambil menjemur pakaian. 


Kami juga menggunakan masker dan mengingatkan anak-anak untuk menggunakan masker, dimana saat ini di sekitar sudah mulai jarang orang menggunakannya.

Aku masih belanja titip dengan penitipan belanja sayur dan kadang ke tukang sayur gelaran di dekat rumah. Kami sampai saat ini belum pernah ke mall.


Kami lebih sering di rumah karena aku masih di ranah domestik, masih bisa menemani anak-anak di rumah.

Ini juga momen untuk mengeksplorasi kegiatan bersama anak-anak, seperti mengenalkan permainan tradisional. Berolahraga di pagi hari ketika jalan di depan rumah masih sepi.




Kami bermain dakon/congklak dan sesekali menonton film bersama dengan menggunakan LCD dan layar dari banner bekas dan mematikan lampu agar terkesan berada di bioskop. Bermain puzzle.

Menggoreng, masak nasi dengan metode "dandang", bersih-bersih rumah, cuci piring, mencuci baju dengan tangan atau dengan mesin cuci, semua momen ini adalah momen bersyukur, mengapa? iya, karena aku masih bisa mengajarkan anak-anak life skill ini.

Bermain air bersama saudara, di halaman belakang yang minimalis, dengan catatan tidak setiap hari, untuk menghemat air di musim kemarau.



Oya memiliki saudara kandung yang banyak dan sepantaran juga hikmah di masa pandemi ini karena ada teman meramaikan suasana di rumah.


Berkebun bersama dengan keluarga, tak kalah ceria suasananya, sambil belajar pertumbuhan dan perawatan tiap hari.




Membaca buku bersama. Aku ada pengeluaran untuk pos pembelian buku setiap bulan, atau print cerita dari aplikasi penyedia cerita anak. Dan mengurangi pengeluaran lain seperti jajan di luar atau di warung. Dengan menyediakan cemilan sehat dan mengenyangkan.



Ada kalanya mengunjungi orang tua yang dekat dengan rumah masih satu kota, beda kampung. 

Kami juga mengobrol dengan masker yang melekat dan duduk dengan jarak. Kami pun sedih tidak bisa sering-sering menyambangi orang tua.

Kami pernah berkumpul ketika Idul Fitri dan Idul Adha 1441 H, dengan keluarga di rumah orang tua.

Suami ku empat bersaudara dan sepupu anak-anak berjumlah delapan orang, itu pun tidak lama hanya di dalam rumah, selesai langsung pulang.

Setelah berbulan-bulan tak bertemu dengan keluarga, kebahagian kami berlipat tak terkira, rasa syukur kami bertambah subur. Imun di tubuh pun meningkat rimbun.


"Kebahagian dan keceriaan bersama keluarga meningkatkan sehat jiwa dan raga"

Itu pun baru dari keluarga di dalam dengan tiga saudara dari suami beserta anak yang semuanya tinggal berdekatan di kota yang sama. Sudah cukup meramaikan suasana dan keceriaan di hati kami.



"Keceriaan, kebahagian bersama keluarga yang semuanya sehat adalah satu momen indah tak tergantikan dari banyak hikmah di saat jenuh dan goyah di masa pandemi ini"


#FestivalSemangatCeria #SemestaKarya #IbuProfesionalChallenge




Comments

Popular Posts