Berlaku Adil pada Anak, Pentingkah?


Hari ini nonton Obrolan Dapur Ibu, episode ke-70, topiknya “Berlaku Adil pada Anak, Pentingkah?” mengisi tangki ilmu dari Ibu Septi dan Pak Dodik, Sabtu, 17 Oktober 2020, jam 10.00 – 11.00 WIB,


Link: Obrolan Dapur Ibu Episode ke-70


Anak tunggal bisa merasa tidak adil, jika membandingkan dirinya dengan orang lain.

Berlaku adil, jika seseorang membandingkan dengan orang lain.

Membangun rasa saling percaya (trust), kita orang tua sudah melakukan yang terbaik untuk mereka. Trust dibangun setahap demi setahap seperti rumah, dan seperti rumah pun bisa runtuh dalam sekejap.

Caranya, jangan pernah bohong dan mencap anak-anak berbohong untuk orang tua. Misalnya, kalau ada tamu, bilang ayah keluar, tapi kenyataan ayah di rumah sedang ngopi di dalam.

Atau membujuk minum obat, bilangnya enak padahal pahit.

Tidak berkhianat contoh ngomongin anak di belakang. Misalkan anak curhat ke ibu, dan ibu tidak boleh ngomong ke bapak apa yang dicurhatkan.

Orang tua harus membangun kejujuran dengan anak.

Setelah trust terbangun maka melakukan klarifikasi. Misalkan, kok dibeda-bedakan perlakuannya, misalkan tidak di sekolahkan di tempat yang sama.

Kemudian pemahaman, pemahaman terjadi jika diobrolkan, clear and clarify.

Saling mengerti dan memahami bahwa perlakuan yang berbeda itu wujud keadilan orang tua. Dan disamakan dengan NGOBROL.

Urusan adil itu tidak mudah, menurut Pak Dodik, “Kagum dengan orang yang berani bersentuhan dengan keadilan”.

Sesekali anak merasa tidak adil maka perlu membangun rasa “Trust” setahap demi setahap. Senantiasa dikonfirmasi dan diklarifikasi, apa tanggapan dan persepsi anak-anak terhadap orang tua dan diobrolkan agar anak menyampaikan uneg-uneg.

Nah untuk sesi pertanyaan, “apabila orang tua pernah berbohong, bagaimana menbangun trust ke anak?”, maka minta maaf, obrolkan, katakan kapan dan dimana pernah bohongnya, dengan eye to eye, sejajarkan pandangan matanya, buatkan komitmen dan tunjukkan orang tua tidak pernah berbohong lagi, bangun kembali trustnya.

Kemudian ada kondisi di mana seorang anak (adik) yang digendong ayahnya dan posisinya diangkat dibahu, kakaknya yang badannya besar juga ingin, maka orang tua akan adil itu tidak harus sama ukurannya, pemahaman itu yang diberikan orang tua ke anak-anak. Seperti uang jajan juga.

Sebagai orang tua apa yang dilakukan didasarkan karena rasa cinta pada anak. Mengupayakan eeadil-adilnya pada anak orangtua lah yang punya takarannya, tentang kebutuhan, kelleuasaan, kesiapan mengelola keuangan.

Perlu menyadari apa yang orang tua ada celah yang dan melakukan konfirmasi pada anak, seberapa seringnya, tidak ada takaranya, maka sehatkan forum obrolan sehingga anak-anak tidak kuatir mengobrokan tentang apa yang dirasakannya, yang dikondisi ini anak-anak akan konfirmasi dan klarifikasi sendiri dan berani mengutarakan perasaannya kepada orang tua di forum tersebut.

Biarkan anak berani mengkonfirmasikan perasaannya karena akan mendapatkan tanggapan yang baik bukan yang emosional dan meledak-ledak orang tua. Dan nantinya prosesnya juga berani mengkonfirmasikan perasaannya ke orang lain.

Jika kita sudah dewasa, dan ingin mengkonfirmasi tentang adil di masa kecilnya kepada orang tua di saat kita sudah dewasa, maka tidak usah dikonfirmasikan, maka yang perlu dilakukan adalah maaf dan terima kasih.

Kasus lain jika ada anak yang legowo dan orang dewasa yang menyaksikan ketidakadilan apa yang dilakukan, jika tidak krusial maka anak itu hebat.

Perlu membedakan legowo (sabar), menyadari diri dan kemudian bangkit untuk melakukan perubahan dan itu berbeda dengan pasrah (permisif). Maka jika ada kondisi permisif maka itu perlu proses penyadaran. Perubahan jika ada pergoncangan maka memerlukan persiapan diri menghadapi goncangan tersebut.

Sedangkan proses konfirmasi dan klarifikasi memerlukan penjelasan dan pemahaman disesuaikan dengan tingkat kematangan anak.

Menetapkan langkah-langkah sesuai dengan komitmen bersama, diobrolkan, untuk terciptanya harmonisasi.

Sibling rivalry juga bisa muncul setiap saat walaupun sudah diobrolkan dengan enak pun, karena persaingan pun bisa sehat, nah tantangannya bagaimana membuat  sibling rivalry ini menjadi produktif, salah satu nya dengan membuat forum obrolan sehat dan intensif.

Kalau solusi datang dari anak maka lebih baik dan berkesan lagi, dan ownershio dari solusi itu lebih berarti.

Terima kasih Ibu Septi dan Pak Dodik, ilmu lagi, semoga bermanfaat. Dan sangat bermanfaat untuk wawasan diri ini.

Comments

Popular Posts