Dian Yang Tak Kunjung Padam


Menikmati keindahan sastra dengan jalinan kata-kata yang indah, buku karya S. Takdir Alisjahbana, berjudul "Dian Yang Tak Kunjung Padam", diterbitkan oleh Dian Rakyat, Jakarta, 2015, merupakan cetakan ke -21.

Sayangnya kertasnya buram dan tulisannya lumayan banyak yang tak terlihat jelas. Jadi ntambah nikmat ditambah karena ikut pelan-pelan bacanya.

Sutan Takdir A. Terkenal dengan bukunya, "Layar Terkembang," sudah pernah aku baca di jaman SD atau SMP ya, lupa.

Ada 156 halaman, buku ini belum pernah aku baca, ada 22 bab kisah di buku ini, di awal buku ini digambarkan setting cerita dengan kata-kata indah, yaitu menggambarkan latar Palembang,  sungai Musi, juga muara sungai Ogan dimana. Dimana tokoh utama, seorang pemuda berumur dua puluh tahun, bernama Yasin.

Bahasa yang sastranya kental  untuk belajar. Kisah tokoh utama bertemu diceritakan di awal bab. Tokoh utama kedua seorang perawan yang termashur kecantikannya dari keluarga bangsawan, Sultan, Gaes, he…he, orang kaya, anak dari Raden Mahmud, bernama Molek.

Keduanya bertemu dalam tatapan mata di tepian sungai Musi. Pandangan keduanya bertemu.

“ketika itulah seolah-olah tertera nasib kedua anak muda itu untuk selama-lamanya.”

“O, jeling mata yang menambat! Engkaulah tali yang tak dapat dilihat, tak dapat diraba, tetapi … terang mengikat.”

Yasin-Dian yang Tak Kunjung Padam

Kata per katanya bikin hati ini lumer, bacanya, roman … tis banged. Kisah ini mempunyai hikmah dimana kala itu adat dan agama dijaga, tidak boleh berpandang-pandangan dengan laki-laki, sekarang?

“Menurut adat mereka tidak boleh memperlihatkan dirinya, tak boleh keluar rumah. Dan kalau mereka mesti keluar rumah, misalnya pergi ziarah ke kubur atau mengunjungi sanak –saudara, maka gadis itu pun seolah-olah dibungkus dengan bermacam-macam kain yang indah-indah sampai kek kepalanya. Hanya kakinya dan ujung tangannyalah yang kelihatan.”

 “Tetapi, Malang! Cinta bukannya barang yang dapat dikuasai oleh pikiran, Cinta adalah kekuatan yang mahakasa, yang tidak dapat ditahan atau dimusnahkan. Apapun jua yang mengaianginya, yang mengempangnya, lamun cinta itu akan terus menurut jalannya.”

Yasin-Dian yang Tak Kunjung Padam

Setelah pertemuan pandangan mata kedua tokoh itu, Yasin dan Molek, keduanya saling terjerat, terus terbayang-bayang.

“Sesungguhnya untung dan nasib manusia di dunia ini acap kali bergantung pada peristiwa yang terjadi dalam sekejap mata.”

“Hidup kita ini amat ganjil. Apa yang terjadi semasa hidup iyu tak dapat dikira-kirakan, usaha dipastikan.”

Menurut ku, banyak kata-kata yang bisa dijadikan quote, he..he. Membaca karya sastra buku ini, pun akan dibuai dengan kata-kata indah, bahkan untuk melukiskan suasana hati tokoh bersama dengan latar di kisah itu.

“Lambat-lambat sungai yang lebar itupun gelap, sebab hari telah senja. Awan bertumpuk-tumpuk di langit, amat indah rupanya. Di sebelah barat kelihatan cahaya emas parada tersebar ke segenap penjuru, laksana jumbai air emas yang melukis mega dengan warna kunig gemerlapan.”

Jadi ingat belajar majas ya, majas metafora, personafikasi dan lain-lainnya. Lupa euy. Nah, kalau ingin mengetahui lengkap kisahnya bisa dinikmati buku ini.

Comments

Popular Posts