Mengukur Kemampuan Anak


 

Yeah, Sabtu ini bisa belajar dengan siaran ulang channel Ipedia TV di Youtube, yang Live jam 10.00 WIB tadi,  setelah kerjaan domestik selesai dan kerjaan bisnis online juga kelar, posting tugas lain, dan menyemangati anak ZOOM, bisa ya si ibuk, multi fungsi eh multi karya begitu. Bisa, bisa, pasti bisa. Semangat euy..euy semangat, kuy. Dan mulai menulis untuk blog di jam 11.00 WIB ini.

Asyiknya mereview sambil belajar di Obrolan Dapur Ibu episode 72 : BAGAIMANA MENGUKUR KEMAMPUAN ANAK? Dan juga bisa jadi bahan setoran di Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP). Sekali tabok, bukan nyamuk aja yang dapat, lalat juga, hueek, yeeek (komen anak ku kalau jijik), he..he..he.

Selamat datang di Obrolan Dapur Ibu

BELAJAR, BERUBAH, BERKARYA, BERBAGI, BERDAMPAK

Optimis saat krisis, kokus pada solusi, bukan pada masalah

Kerjakan apa yangkamu cintai, hal ini akan membuat mu tangguh, karena kamu menciptakan kebahagiaan mu,

Temukan tim, di masa seperti ini banyak yang merasa senasib dan sepenanggungan, saatnya mencari teman

Bagikan kebaikan mu, sekarang saatnya berbagi apa yang kamu miliki, tidak harus berupa materi, bisa juga tentang semangat diri.

“Bahagia itu bukan segala sesuatunya harus berjalan baik, bahagia itu ketika kita bisa memberikan respon terhadap segala sesuatu yang terjadi dengan cara uang baik.”

STAY HEALTHY, STAY HAPPY

Btw, tulisan di atas itu sudah 185 kata, he..he..he. Dari kemarin mau menulis kata-kata opening (pembuka) Obrolan Dapur Ibu dengan cover suara bu Septi Peni Wulandani. Nah..nah sudah tercapai keinginannya. Jreenng, keren ya kata-katanya, positif dan optimis, energik dan semangat.

Oke, obrolan nya dengan Ibu Septi dan Pak Dodik. Apa yang bisa dan tidak bisa diukur, apa bisa dikelola dengan baik? Apakah in track apa off track? Kemampuan anak berkembang di bagian mana? area mana yang berkembang itu yang diharapkan? dikehendaki atau tidak? disadari atau tidak?

Jika ada alat ukur, bisa orang tua persiapkan. Contoh sewaktu bayi, orang tua senantiasa mengukur pertumbuhan. Ada standar yang disediakan. Dan agak dipaksa juga sesuai standar imunisasi.

Ambil ukuran yang sudah disesuaikan sumber-sumber misalkan website Diknas dan Dinkes untuk alat ukurnya, atau buku-buku psikologi perkembangan anak. Dan jika belum alat ukurnya, bisa diobrolkan dengan pasangan atau dengan anak-anak, apa yang ingin diukur dan dicari metode pengukurannya, serta hasilnya bia diobrolkan atau didiskusikan.

Cara mengukur bisa dengan tes, sebagai alat ukur dari alat ukur yang lain, atau pengamatan. Pengamatan ini biasa dilakukan oleh guru TK dan SD, punya catatan kemudian disampaikan kepada orang tua si anak. Pengamatan tergantung pada pemahaman kisi-kisi dan intensif pengamatan, dan kepiawaian pengukur dalam melakukan pengukuran.

Melakukan presentasi, merupakan cara Pak Dodik untuk mengukur hasil anak, dan Pak Dodik akan memiliki hasil dari catatan melihat presentasi anak-anak.

Pak Dodik senang melihat anak-anaknya melakukan presentasi dihadapan orang lain, misalnya Ketika diundang presentasi di sebuah komunitas, di sana Pak Dodik bisa menilai anak-anak melalui kesiapannya menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta, baik dari peserta

Struktur berpikir dan feedbacknya bisa dilihat dari hasil presentasi anak-anak.

Membenturkan anak-anak dari project-project keluarga. Hal ini bisa jauh lebih bagus dari tes. Misalkan projectnya anaknya saat ini yaitu Kak Elan, bimbingan dari saudara Pak Dodik, dan membawa Kak Elan presentasi di Jepang.

Dari mengukur inilah, progress yang bisa dilihat. Misalkan progress (kemajuan) berhitung pada anak. Mengetahui apa yang bisa diukur, contoh apakah itu karakter jujur dan percaya diri. Alat ukur dan indikatornya disepakati bersama oleh keluarga. Dan orang tua juga memberitahukan bahwa mereka akan melakukan pengamatan kepada anak-anak agar bisa bersiap.

Eh masih ada loh, selengkapnya bisa dilihat di Obrolan Dapur Ibu Episode 72

Semoga bermanfaat.

 

Comments

Popular Posts