Assalamu'alaikum Beijing


Review novel kuy (yuk), novel lama ku, judulnya, “Assalamu’alaikum Beijing”, karya Asma Nadia, 342 halaman. Diterbitkan Asma Nadia Publishing House, Depok 2014, cetakan ke delapan.

“Cinta adalah kegembiraan yang tersisa.

Jika nanti suatu pagi, tak lagi senyummu menyapa seperti biasa

Dan hanya bisa kutemukan dalam mimpi”

-Asma Nadia-

Ada 37 bab di dalam buku ini, tokohnya Dewa, Asma dan Zhongwen. Romantis, iya, di dalam buku ada quote dengan kata-kata yang dituliskan penulis.

Aku tipe romantis kah? Aku suka dengan balutan kata-kata romantis, apa hanya aku saja yang melabelkan bahwa diriku romantis, atau malah sebaliknya, apa aku kaku seperti kanebo yang dalam kondisi kering?

Selain romantis, novel yang terlahir dari Asma Nadia memiliki hikmah dan ibrah dari sisi islami.

“Tak terhingga mudarat sebuah sentuhan, yang jika dibiarkan bisa membuka pintu zina. Dalambeberapa ayat malah kadar dosanya disejajarkan dengan membunuh. Satu dari lima dosa besar. Sebab zina tak hanya mengantar seorang gadis kehilangan masa depan melaikan juga memancing deretan dosa lain. Mengecewakan atau durhaka kepada orangtua. Banyak kasus hamil di luar nikah berakhir dengan aborsi, bunuh diri, bahkan memancing beberapa tindakan kriminal seperti berita-berita yang pernah dibacanya.”

“Seorang gadis ditemukan tewas tanpa busana di sebuah parit.”

“Mahasiswi cantik hilang ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di mobilnya.”

“Kasus-kasus yang kemudian terbukti dilakukan sang pacar karena panik diminta menikahi gadisnya yang terlanjur hamil.”

-Tokoh Asma-

Latar tempat yang diceritakan Asma Nadia juga sesuai dengan fakta, jadi bukunya ditulis melalui pengumpulan bahan untuk memperkuat jalinan isi cerita. Enak dinikmati seperti ikut berkelana di Beijing. Seperti pertemuan Zhongwen dengan Asma di Masjid Niujie, salah satu masjid tertua di Xuanwu Distrik, yang menjadi tempat tujuan wisata, tak hanya turis, tetapi juga penduduk China dari berbagai pelosok.

Alur cerita maju dan mundur, plot cerita berganti dari tokoh satu dengan yang lainnya. Penulis menjadi Dewa, Asma dan juga Zhongwen.

“Api yang menari di matamu, menguapkan rindu hingga pucuk keheningan.”

-Asma Nadia-

Ketika salah satu tokoh sakit, ada quote, “Tak kupedulikan luka dan impian sebab menemukan-Mu adalah tujuan.”

Bagaimana kisah ini? silahkan dinikmati bukunya. Menurut ku buku ini memberikan ibrah dan hikmah bahwa hiduo disandarkan kepada Allah subhana wata ala. Hidup itu bahagia, sedih, sehat, sakit.

 

 

 

 

 

Comments

Popular Posts