Optimal Tidak Harus Sempurna




Optimal tidak harus sempurna? Nah gimana tuh, penasaran kan? Ikut aku mereview segmen This Is Me! Dengan topik, “Optimal Tidak Harus Semprna”, dengan hostnya Fajrina Addien, dengan bintang tamu, Raehana, kisah unik apa yang ada dibalik, Optimal Tidak Harus Sempurna?

Saat ini sudah 11 hari di Belanda? Wow? Trauma ujian tertulis? Ihiiir tambah penasaran.

Ujian setelah SMA, lewat jalur PMDK, tidak diterima.

Ujian negara dan mandiri, serta daftar ke semua universitas, karena ada perasaan takut tidak terima.

Belajarnya tidak logis, waktu dipergunakan untuk belajar, tidak membantu orang tua, belajar terus. 

Tibalah hari ujian, pas hari ujian, blank, hasilnya tidak diterima. 

Tidak terhitung jumlahnya mendaftar di semua universitas. Akhirnya membuat Raehana trauma pada ujian.

Dan jadwal masuk kuliah, dan belum masuk di mana pun. Hingga ada masih ada yang buka di universitas jurusan D3, alhamdulillah diterima, dengan rasa kecewa, sedih dan dendam. 

Kuliah dalam keadaan mendendam dan kesal serta ketidaknyaman.

Raehana ingin menjadi mahasiswa yang beda dan spesial. Dan menemukan pengumuman akan adanya student exchange (pertukaran pelajar).

Tantangan itu Masih 

Student exchange waktu singkat ke Jepang tidak menggunakan ujian tertulis, kemudian diterima. 

Akan tetapi, ada tantangan berikutnya yang harus dihadapi, yaitu untuk menyiapkan uang sejumlah 13 juta, karena tidak ada kepastian akan adanya bantuan biaya hidup selama di Jepang.

Itu terjadi di tahun 2010, dan sadar kondisi ekonomi keluarganya serta tidak mempunyai tabungan pribadi.

Selanjutnya Raehan memutuskan untuk terus berjalan, dengan mengajukan proposal ke berbagai pihak. 

Sampai akhirnya, suatu hari Raehana dipanggil jurusan, kemudian diberikan tiket untuk berangkat ke Jepang.

Damai ... Belum Terkubur

Dan dari sana, Raehana mulai berdamai dengan kondisinya, walaupun impian belum terkubur semua. Sudah mulai tenggelam dalam perkuliahan dan memenangkan lomba nasional, akan tetapi tetap mencoba ujian S1.

Sudah mencoba ujian S1, di universitas yang sama D3 nya, sebanyak 3x. Dan mengalami kegagalan kembali. Kemudian melanjutkan S1 di kota yang berbeda. 

Hasil ujiannya lulus karena sudah menemukan semangat bangkit dari pegalamannya pernah memenangkan lomba nasional.

Support System

Dan saat ini, Raehana memiliki anak usia dua tahun, dengan statusnya sebagai ibu rumah tangga berhasil melanjutkan studinya di Belanda. 

Dengan proses nya mendapatkan support system dari suami. Proses les IELTS bersama suami, Ada ujian tertulis, tes IELTS Ketika hamil dan sedang flu.

Ketika ditanya bagaimana  Raehan bisa selesai dengan trauma di saat bersamaan diterima studi di Belanda, kemudian Raehana menjawabnya bahwa tantangan mendapat beasiswa itu belum berakhir, masih menghadapi ujian tertulis , nilai Bahasa Inggris yang mepet.

Celah Lain

Kemudian hadirlah sebuah celah lain, dengan jalur khusus, akan tetapi tantangan yang lain hadir yaitu anak belum satu tahun, stress MPASI, dan stress melihat tutorial di Youtube tentang hal-hal yang dipersiapkan dalam aplikasi beasiswa.

Dukungan suami atau support system dari suami hadir berupa belajar bareng dengan suami, sambil momong anak di lapangan, anak-anak lari di lapangan, tes IELTS bareng.

Hari H tiba, dan keriuhan melanda Raehana, ada soal-soal yang belum dikerjakan, suami bilang, tidak usaha dipikirkan, singkirkan pulpen, dirimu bukan pembuat takdir, serahkan semuanya sama Allah.

Trauma Runtuh

Dan kata-kata itu yang meruntuhkan trauma Raehana selama ini.

“Rejeki itu kalau Allah sudah berkendak tidak akan kemana.”

Saat ini Raehana studi bersama suaminya yang juga studi di sana dan anaknya. Ketika ditanya mengenai mengelola ekspektasi sebagai seorang mahasiswa dengan seorang ibu, jawaban dari Raehana, menurut Raehana, dijalani secara optimal, melakukan secara terbaik.

Menurut suaminya, “Ga usaha berusaha menjadi terbaik, tetapi lakukan yang terbaik di saat kamu berada sekarang.”

Ketika sedang bersama anak totalitas dan totalitas ketika belajar. Tidak usah memikirkan hasil, lakukan saja, kerjakan yang terbaik, karena hasil Allah yang sudah memberikan. Kemampuan sudah diberikan sesuai takdir Allah.

Rasa Malas

Dalam memunculkan semangat belajar dan mengatasi rasa malas, Raehana mengatasinya  dengan cara menimbang kemampuan Raehana sendiri, dan ada keinginan untuk belajar di luar, kemudian memilih untuk kuliah lagi. 

Jurusan yang dipilih pun dengan menimbang perannya sebagai ibu, tidak memikirkan karir pekerjaan tetapi karir sebagai ibu.

Maka dari itu Rehana memilih jurusan Food and Health untuk penerapan sehari-hari.

Lepaskan Label

Ditanya tips melewati tes wawancara, yang harus dilepaskan adalah label mengenai diri sendiri, misalkan lepaskan label pemalu, dan bilang saja challenge aku belum mampu, dan latihan wawancara dengan suami.

Ikhtiarkan dan berdoa kepada Allah, dan Allah yang akan memampukan kita.

Insight dari Raehana, “Sebuah keinginan, mantapkan, setelah menentukan prioritas, ikhtiar sesuai yang kita bisa, letakkan tawakal dari awal mula berusaha, tak usah pikirkan hasil, fokus kepada usaha karea tugas kita, hasil adalah urusan dari Allah, pada saat hari H, lepaskan dirimu, serahkan kepada Allah.”

Kesimpulan dari host, Fajrina Addien: Melakukan sesuatu itu tidak harus menunggu sempurna, karena sesuatu yang sempurna itu tergantung masa depan,  kita hadir saat ini, melakukan saat ini dengan keterbatasan dan sumber daya yang kita miliki , tetap bisa melakukan segala sesuatu secara optimal, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah.

Selengkapnya tayangan bisa dilihat di link This Is Me!

Comments

Popular Posts