Bagaikan Pisau Bermata Dua

Aku tidak pernah tahu takdir Allah, karena Allah sudah mempersiapkan takdir terbaik untukku.

Termasuk hasil pendidikan ku dan suami sebagai orang tua.


Perbandingan


Pakar parenting memberikan sarannya, "tak perlu membandingkan keadaan dengan orang lain"

Akan tetapi kenyataan di lapangan terlalu keren jika dilewatkan begitu saja.

Betapa asyiknya membandingkan dengan keadaan orang lain.

Misalnya, membandingkan keluarga dengan dua orang tua bekerja semua, orang tua pintar, anak-anaknya pintar dan sudah tertata dengan baik. 

Padahal orang tua bekerja, ada yang dua-duanya dokter. Ada yang dua-duanya pegawai negeri, pegawai BUMN, pegawai bank.

Dan anak-anaknya sekolah boarding favorit, di masa pandemi ini sekolahnya masih bisa terkondisikan dengan memberlakukan sekolah tatap muka tanpa dikunjungi orang tua, untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Ada kondisi dimana orang tua, yang ayah bekerja, ibu di ranah domestik, dengan anak-anak yang sekolah di rumah.

Orang tua yang masih harus mengingatkan anak untuk tidak melihat gadget selain untuk belajar. 

Orang tua yang berjuang dengan anak-anak yang biasa saja di sekolah. 

Orang tua yang masih memberikan pendampingan kepada anak.




Teknologi bagaikan pisau bermata dua?


Ada anak yang memiliki daya adaptasi yang luar biasa, bisa mengatur dan mengetahui waktu penggunaan gadget.

Aku termasuk orang tua yang memberikan batasan anak menggunakan gadget.

Bahkan mendapatkan respon yang kurang berkenan di hati anak. 

Anak-anak ku membandingkan mengapa anak lain boleh diberikan gadget oleh orang tuanya, tanpa pengawasan.

Aku mengingatkan untuk mencatat ketika zoom sekolah atau menggunakan aplikasi mandiri dari sekolah.

Aku juga meminta untuk tidak membuka jendela lain selama guru menerangkan atau belajar.


Tes 


Aku tanya kepada anak-anak, coba jika anak yang bermain gadget terus itu, ditantang untuk tidak menggunakan hp selama satu jam.

Kemudian apakah itu nonton tv? 

Jika tak ada tv, kemudian apa yang dilakukan🙏 apa dia bingung melakukan apa? 

Yang hanya anak itu tahu untuk menghabiskan waktunya adalah dengan bermain hp, sehingga anak itu bingung untuk melakukan kegiatan lain.

Otaknya hanya terekam tentang hp, menjadi tidak aktif, malas bergerak bahkan tidak ide untuk menciptakan kegiatan lain yang bermanfaat.


Allah maha melihat, malaikat yang mencatat


Itu yang ku katakan pada anak-anakku

Tugas kami orang tua selama masih hidup memberikan kekuatan dan nasihat agar menggunakan gadget untuk kepentingan yang bermanfaat. 

Karena ketika sudah meninggal, orang tua akan dihisab pertanggungjawaban kepada anaknya ketika di dunia.

Dan kami sebagai orang tua mempergunakan sebaik-baik waktu untuk memberikan bekal kepada anak.

Bisa mengendalikan gadget dan teknologi bukan dikendalikan gadget dan teknologi.

Teknologi memberikan manfaat bukan merusak, membelenggu ide, waktu, keaktifan bergerak.


Kesepakatan


Semoga aku dan suami dapat bijaksana membuat kesepakatan bersama dengan anak.

Orang tua dan anak-anak pun bisa menikmati hasil kesepakatan tersebut. 


Comments

Popular Posts