Usia 40 tahun, Berkah atau peringatan?


Aku pernah membaca di artikel ada yang menuliskan usia 40 tahun itu berkah dan ada juga yang menuliskan usia itu adalah peringatan.

Aku mengambil hikmah dari kedua bacaan artikel yang menarik tadi, baik yang menyebutkan bahwa usia 40 tahun itu berkah maupun yang menyebutkan peringatan.

Warna-Warni

Dan di tahun ini, usia ku 40 tahun. Dengan uban yang kerap hadir, menambah kenikmatan menggaruk kepala.

Berat badan ku bertambah. Entah itu efek dari obat yang ku konsumsi untuk penyakit hipertiroid ku.

Di tahun 2017 aku sudah mendapat nikmat penyakit tersebut.

Aku mengambil hikmah dan nafas panjang dari penyakit itu.

Penyakit itu menambah warna-warni hidupku.

Dan pandemi Covid-19 ini pun turut membuat kehidupan ku semakin semarak.

Keluarga

Support system, pendukung ku adalah keluarga.

Suami yang sabar, anak-anak yang mudah diarahkan.

Dua Bapak dan dua ibu yang kupunya, semenjak ku resmi menikah.

Keluarga besar yang kupunya sejak aku berstatus menjadi seorang istri.

Belajar mengarungi kehidupan suka, duka, sedih, senang, sakit, bersama keluarga yang dianugerahkan Allah kepada ku.

Kabar Segera

Ahad, 17 Januari 2020, Badha Isya, kami selesai sholat Isya, suami yang juga sudah pulang dari masjid untuk sholat jamaah Isya, mendapat telefon agar segera ke tempat yang diminta penelfon. Aku tak tahu siapa yang menelfon ketika itu.

Suami ku pamit kepada ku, akan menyusul bapak yang jatuh.

Telfon pertama mengabarkan bapak akan dibawa ke rumah sakit.

Tak lama berselang beberapa menit, telfon masuk mengabarkan bapak sudah meninggal.

Telfon pertama suami terdengar suaranya bergetar mengabarkan kepada ku, ketika bapak akan dibawa ke rumah sakit.

Aku berdoa agar bapak baik-baik saja dan sehat kembali.

Itu karena bapak sudah pernah jatuh sebelumnya dari sepeda karena terserempet mobil sedan dan juga pernah tertabrak motor ketika menyeberang dengan sepedanya.

Suami ku dan saudaranya yang ada di tempat kejadian, sepakat mengambil tindakan membawa bapak ke rumah sakit, dengan harapan bapak bisa tertolong.

Ketika sampai di rumah sakit, dokter mengatakan bapak terkena serangan jantung dan dicoba dipacu.

Takdir Allah sudah memutuskan bapak meninggal.

Tanah

Senin, 18 Januari 2021

Jenazah bapak dimakamkan pagi hari sekitar jam sepuluhan.

Curah hujan yang terus intensitasnya lumayan tinggi sejak malam senin sampai dengan senin pagi.

Qadarullah jam sepuluhan, cuaca kembali terang dan jenazah almarhum bapak bisa dimakamkan.

Kisah itu

Suami ku bercerita tentang keadaan bapak ketika ditemukan suami ku, tubuhnya sudah dingin.

Dan aku teringat, suara bergetarnya tadi malam. Yang sempat membuatku memikirkan yang tidak-tidak, firasat, kemudian segera berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari hal tidak diinginkan juga berdoa agar bapak sehat.

Dan adik iparku beserta istrinya yang menemui bapak di lokasi pertama kali, ketika memegang nadi dan jantung bapak sudah tak berdenyut.

Dan aku tahu siapa yang menelfon suami ku malam itu agar segera menuju ke lokasi bapak terjatuh yaitu adiknya.

Akan tetapi suamiku dan saudaranya, ingin berusaha menolong dan memastikan serta meyakinkan kondisi bapak ketika itu dengan membawa ke rumah sakit.

Tiga Hari

Selasa, 19 Januari 2021

Tiga hari meninggalnya bapak. Aku melihat ibu. Ibu senang ditemani anak-anaknya. Ibu senang mengobrol dan mencurahkan uneg-unegnya.

Ibu maafkan anak mu ini, tak bisa berbuat banyak.

Bapak Satu Lagi

Senin, 11 Januari 2021

Bapak ku yang satu lagi dioperasi prostat.

Aku tak bisa hadir menemani karena posisi di luar kota. Dengan kondisi saat pandemi ini.

Adikku bingung dan aku pun juga.

Kami bingung mencari teman bapak di rumah sakit.

Karena keluarga pasien harus ada yang menunggu   ketika bapak selesai operasi.

Mbak sepupu ku ingin menemani, akan tetapi kondisi mas sepupu ipar sedang sakit, demam belum turun dan ada batuk.

Dalam keadaan sakit suaminya, mbak sepupuku masih menolong mencarikan orang yang bisa menemani bapak.

Qadarullah, mbak sepupuku menelfon saudara kami yang lain yang tak terlintas di pikiran kami, anak-anaknya.

Jalinan

Selasa, 12 Januari 2021

Mas sepupu ipar ku meninggal dunia di rumah sakit. Juga dinyatakan karena serangan jantung. Sebelumnya hasil swabnya positif.

Mbak sepupu ku sangat baik kepada ku dan bapak ibuku.

Mas sepupu ipar juga yang membantu ku merekomendasikan tempat kerja awal ku.

Sampai hari ini mbak sepupuku isolasi mandiri karena hasil swabnya dinyatakan positif.

Aku sudah berusia 40 tahun.

Kejadian-kejadian itu, takdir itu, Qadarullah, Allah kirimkan menyertai perjalanan hidupku di dunia.

Semoga dunia menjadi ladang amal bagiku, agar tiket ku menuju pulang, adalah surga Allah yang akan datang. 

Dalam hikmah ayat
referensi dari
Referensi Quran dan Hadits

كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:

ROBBI AWZI’NII AN ASYKURO NI’MATAKALLATII AN ‘AMTA ‘ALAYYA. WA ‘ALAA WAALIDAYYA WA AN A’MALA SHOOLIHAN TARDHOOHU, WA ASHLIH LII FII DZURRIYATII.

“Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Al-Imam Al-Qurthubi menyatakan bahwa orang yang telah mencapai usia 40 tahun, maka ia telah mengetahui besarnya nikmat yang telah Allah anugerahkan padanya, juga kepada kedua orang tuanya sehingga ia terus mensyukurinya.

Imam Malik berkata,

أَدْرَكْتُ أَهْلَ العِلْمِ بِبَلَدِنَا وَهُمْ يَطْلُبُوْنَ الدُّنْيَا ، وَيُخَالِطُوْنَ النَّاسَ ، حَتَّى يَأْتِيَ لِأَحَدِهِمْ أَرْبَعُوْنَ سَنَةً ، فَإِذَا أَتَتْ عَلَيْهِمْ اِعْتَزَلُوْا النَّاسَ


“Aku mendapati para ulama di berbagai negeri, mereka sibuk dengan aktivitas dunia dan bergaulan bersama manusia. Ketika mereka sampai usia 40 tahun, mereka menjauh dari manusia.” (Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an, 14:218)

Ibnu Katsir menyatakan bahwa ketika seseorang berada dalam usia 40 tahun, maka sempurnalah akal, pemahaman dan kelemah lembutannya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6:623)

Jadi, usia muda adalah masa fit (semangat) untuk beramal. Oleh karena itu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah disia-siakan. Mintalah juga perlindungan kepada Allah dari usia tua yang jelek sebagaimana do’a yang Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa meminta perlindungan dengan do’a,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ


“ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL KASL WA A’UDZU BIKA MINAL JUBN, WA A’UDZU BIKA MINAL HAROM, WA A’UDZU BIKA MINAL BUKHL” (Artinya: Ya Allah, aku meminta perlindungan pada-Mu dari rasa malas, aku meminta perlindungan pada-Mu dari lemahnya hati, aku meminta perlindungan pada-Mu dari usia tua (yang sulit untuk beramal) dan aku meminta perlindungan pada-Mu dari sifat kikir atau pelit).” (HR. Bukhari, no. 6371)

Ada empat hal yang diminta dilindungi dalam doa di atas:

1- Sifat al-kasal, yaitu tidak ada atau kurangnya dorongan (motivasi) untuk melakukan kebaikan padahal dalam keadaan mampu untuk melakukannya. Inilah sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah.

Bedanya dengan kasal dan ‘ajz, ‘ajz itu tidak ada kemampuan sama sekali, sedangkan kasal itu masih ada kemampuan namun tidak ada dorongan untuk melakukan kebaikan.

2- Sifat al-jubn, artinya berlindung dari rasa takut (lawan dari berani), yaitu berlindung dari sifat takut untuk berperang atau tidak berani untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Juga do’a ini bisa berarti meminta perlindungan dari hati yang lemah.

3- Sifat al-harom, artinya berlindung dari kembali pada kejelekan umur (di masa tua). Ada apa dengan masa tua? Karena pada masa tua, pikiran sudah mulai kacau, kecerdasan dan pemahaman semakin berkurang, dan tidak mampu melakukan banyak ketaatan.

4- Sifat al-bukhl, artinya berlindung dari sifat pelit (kikir). Yaitu do’a ini berisi permintaan agar seseorang bisa menunaikan hak pada harta dengan benar, sehingga memotivasinya untuk rajin berinfak (yang wajib atau yang sunnah), bersikap dermawan dan berakhlak mulia. Juga do’a ini memaksudkan agar seseorang tidak tamak dengan harta yang tidak ada padanya. (Lihat Syarh Shahih Muslim, 17:28-30)

















Comments

Popular Posts