Balik, Pulang

Alhamdulillah aku sudah sampai di rumah, home sweet home.

Perjalanan balik ke kota tujuan ku. Dimulai dari Stasiun Gambir.

Driver Cantik Ramah


Aku berangkat diantar adikku dan grab langganannya yang bisa ditelfon sebelumnya karena sudah mengenalnya.

Grab dengan driver cantik berhijab, menjadi langganan adikku mengantar anak kembarnya kontrol dan terapi di pekan yang sudah ditentukan dari pihak rumah sakit.

Bude Muji sapaannya, mungkin usianya 8 atau 9 tahun di atas ku.

Bude Muji menjadi langganan adikku karena selain ramah juga membantu adikku ketika membawa anak kembar ke rumah sakit.

Ketika mengantar ku, adik ku juga sekalian mengurus surat perpanjangan kontrol BPJS.

Tiba lebih awal sekali dari jam keberangkatan kereta. 

Aku mempersilahkan adikku dan anak-anaknya untuk melanjutkan perjalanan tanpa menunggu keberangkatan ku.

Alur Tes Genose di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat

Setibanya di Stasiun Gambir, menuju tes Genose. Ternyata sepi antrian.

Alurnya adalah aku membayar di bilik pendaftaran, dengan nomor booking, dan belum ku print. Ku print tiket setelah menerima hasil.

Kemudian menuju bilik tes Genose. Aku sekali menghembuskan nafas. Tarik nafas lewat hidung dan hembuskan lewat mulut.

Anak ku berusia 5 tahun juga ikut. Nafasnya dihembuskan lewat mulut kemudian dia ditarik lagi lewat mulut. Itu tidak boleh. Sehingga aku tutup kantong tiup ketika dia telah menghembuskan lewat mulut sehingga tidak bisa dia tarik lagi dengan mulut.

Tak beberapa lama hasil kami bisa diambil. Negative semua. Alhamdulillah.

Menunggu Waktu


Dan ketika perhitungan ku meleset, yang ku kira akan ada antrian panjang.

Kami akhirnya menunggu sekitar lima jam di stasiun. Sampai kedatangan kereta kami.

Blower dan kipas angin yang sebelum pandemi Covid-19 terasa dingin di ruang tunggu. 

Ketika kami menunggu tidak ada AC blower, ada dua kipas besar di atas langit-langit, kipas di atas perputarannya pelan, sedangkan kipas satu lagi mati.

Cuaca di Jakarta saat itu, panas. Hitung-hitung sauna gratis, daripada dingin tapi udara penuh bakteri.

Aku mengelilingi Lobby Selatan juga Lobby Utara, kemudian sholat di Masjid At-Tanwir.


Persiapan


Jam menunjukkan pukul 4 sore Waktu Indonesia Barat (WIB). Aku menggunakan jasa porter dan kami masuk jalur pemeriksaan keberangkatan.

Aku membawa koper ukuran 24 cm dan satu tas travel. Dengan jasa porter menghemat tenaga ku untuk mengangkatnya hingga ke lantai 3, peron ku berada.

Aku menggandeng anak ku usia 5 tahun dan kakaknya mengikuti langkah di belakang ku.

Kereta belum tiba, aku manfaatkan dengan memfoto menggunakan kamera hp. Sambil melihat kereta api commuter line Jabodetabek melewati ku bersama hembusan angin yang dibawa kereta itu.







Berangkat


Kereta yang ku tunggu akhirnya tiba. Porter membawakan barang-barang ku hingga tempat duduk yang sudah ku beritahu sebelumnya.

Dan semua porter juga petugas meletakkan tangan kanannya di bahu kiri, seperti mengucap salam hormat dan melepas kepergian dengan berdiri berjejer di samping kereta serta menudukkan kepala.





Setelah gerbong terakhir lewat mereka melakukan aktivitasnya kembali.


Di Kereta


Anak-anak ku tidak mau makan ketika menunggu di tempat duduk sebelum keberangkatan. 

Oleh karena itu aku membungkus makanan yang ada di Lobby Selatan, ada banyak sekali pilihan.

Ketika sudah di kereta, satu jam berjalan, aku menawarkan mereka makan, dan mereka setuju.

Ketika makan, ada petugas yang mengecek masker dan juga face shield yang tadi diberikan pada saat check-in tiket.

Kemudian petugas itu berkata padaku setelah makan dipakai kembali masker dan face shieldnya.




Aku mengiyakan petunjuk petugas tadi. Setelah selesai makan masker dan face shield aku pergunakan kembali.

Bangku


Aku mendapat dua bangkus berjejeran untuk kedua anak ku, sedangkan aku mendapat bangku di seberang depan anak-anak ku.

Ternyata di sebelah bangku ku ada penumpang lain.

Dan ada dua bangku kosong di belakang ku dan dua bangku kosong di belakang anak-anak ku juga di seberang anak-anak ku.

Kemudian aku duduk di bangku kosong itu.

Ketika sampai di Stasiun Cirebon, dan kereta meninggalkan Stasiun Cirebon untuk melanjutkan perjalanan, tak lama kemudian kami diperiksa kembali oleh dengan memeriksa suhu tubuh kami menggunakan alat Thermo Gun di tangan kami.

Dari Stasiun Cirebon ternyata penumpang di sebelah ku turun. Dan aku pindah ke nomor bangku ku yang semestinya.

Kedatangan


Ternyata bangku-bangku kosong itu tadi termasuk di sebelah ku tetap kosong sampai stasiun terakhir penumpang turun.

Alhamdulillah akhirnya aku tiba dengan sehat dan selamat.

Rasa rindu kepada orang tua dan adik kandung ku satu-satunya kembali menjalar di seluruh tubuh ku. Ku titipkan rindu dan penjagaan sebaik-baik pelindung dan Maha Kuasa kepada Allah Subhana wata ala.

Terima kasih kepada PT. KAI telah memastikan perjalanan kami dengan sehat, aman dan nyaman. 






Comments

Popular Posts