20 Hari


Dea keluar-masuk kamar dan ruang tamu, bolak-balik, hatinya cemas, karena suaminya belum pulang, jam di dinding rumah menunjukan pukul 01.00 WIB dini hari. Dan Dea merasa pusing dan mual, karena belum bisa tidur karena menunggu kabar dari suaminya, Mas Heru.


Pagi hari, suaminya pamit untuk aksi sosial, membagikan bantuan kepada keluarga penyintas banjir di Desa Sorean. Suaminya adalah seorang dokter spesial cukup terkenal di kotanya.


Telepon genggam Dea berdering. Terlihat dilayar tertera sebuah nama, "Ibu". Ibu Dea ternyata meneleponnya. Dea dan ibunya tinggal di kota yang berlainan dengan jarak dua malam perjalanan dengan mobil pribadi.


"Assalamu'alaikum Dea ada kabar dari suamimu?" tanya ibu.


"Belum, Bu, Mas Heru belum pulang," jawab Dea.


"Sudah telepon kantornya atau temannya?" tanya ibu."


"Sudah Bu, di kantor hanya tinggal pak satpam, teman-temannya juga tidak tahu keberadaan Mas Heru, mereka berpisah setelah dari Desa Sorean." jawab Dea.


"Sudah telepon polisi?" tanya ibu.


"Sudah bu, polisi sedang memprosesnya, jawab Dea."


"Dea, kamu tidur ya, susul anak-anakmu, kamu istirahat, ibu masih dalam perjalanan, besok pagi In Sya Allah tiba di rumahmu." kata ibu.


"Iya bu." jawab Dea.


Dea pun berbaring di sofa ruang tamu.


Adzan Subuh berkumandang membangunkan Dea dari tidurnya, kepalanya masih pusing. Dea menuju kamar mandi, badan Dea terasa sakit semua. Dea mengambil air wudhu dan sholat Subuh. Dea berdoa dan berdzikir agar suaminya segera ditemukan. Dea juga membaca Al-Quran untuk menenangkan dan menguatkan hatinya.


Bel pintu rumah berbunyi, Dea bergegas menuju ruang tamu dan pintu depan. Dibukanya pintu depan. Ternyata ibu dan bapaknya sudah tiba di rumahnya bersama Pak Man driver dan Bi Nah yang membantu mereka. Dea segera memeluk dan mencium tangan ibu dan bapaknya. Tangis mereka pecah. Mereka berpelukan. Saling menguatkan.


Bapak dan ibu makan bersama dengan Dea, juga Pak Man, Bi Nah yang sudah menjadi bagian keluarga mereka. Mereka makan dalam diam. Mereka harus makan untuk menjaga kondisi fisik mereka, tapi rasanya hati dan pikiran mereka tak nafsu makan.


Pagi hari belum juga ada kabar, baik dari kantor polisi maupun teman-teman. Mereka memutuskan untuk mendatangi kantor polisi untuk menyala langsung dan konsultasi kondisi mereka.


Setibanya di kantor polisi, mereka menemui Kapolsek Kecamatan Pangidan, AKBP Leo. AKBP Leo yang ramah bisa ditemui pagi itu. 


"Selamat pagi, Bapak Leo, sapa Dea, perkenalkan ayah dan ibu saya, Bapak dan Ibu Indra." Dea memperkenalkan Bapak dan Ibunya.


"Selamat Pagi," Ibu Dea, Bapak dan Ibu Indra, balas Leo. 

"Terima kasih atas kedatangannya, mari silahkan duduk, saya mewakili satuan tugas di sini, ikut berduka atas kehilangan suami dari Ibu Dea, mohon maaf saat ini status dari suami ibu masih belum ditemukan." jelas Leo.

"Saat ini, tim kami masih menyisir lokasi di sekitar dari lokasi suami ibu terakhir kali terlihat, dan bertanya kepada orang-orang sekitar." tambah Leo.


"Apa yang harus kami lakukan, Pak?" tanya Dea.


"Saat ini ibu bisa bertanya ke teman-teman dan orang terdekat Ibu Dea dan Bapak Heru, menunggu kabar dari rumah," saran Leo.


"Apakah kami bisa mengumumkan via media sosial atau surat kabar?" tanya Bapak Indra.


"Silahkan Bapak, peran media sosial memang sangat besar, dalam pemberitaan, ruang lingkupnya sangat luas, semoga bisa membantu." jawab Leo.


"Terima kasih Bapak Leo atas penjelasan dan bantuannya, kami ijin pamit," kata Dea. 


"Baik lah, sama-sama Ibu Dea, semoga ada titik terang dalam kasus ini, semoga Ibu Dea, Bapak dan Ibu Indra sehat selalu dan tetap sabar." kata Leo.


Dea saat itu lemas dan hanya ingin pulang. Di dalam mobil, Ibunya merangkul Dea,mengusap-usap punggung dan kepalanya. Dea merasa nyaman masih ada orangtua di samping dirinya saat ini.


Hari demi hari berlalu, Dea yang memiliki butik, salon di kota itu, mengecek keadaan butik dan salonnya dari rumah, sudah ada orang kepercayaannya, yang siap berkonsultasi di rumah jika diperlukan.


Hari ke-10, polisi mengabarkan melalui telepon genggam, bahwa ada seorang warga menemukan sepeda motor milik dr. Heru di Jalan Sorean menuju Palelangan, kendaraan tersebut berada di tepi jurang dengan keadaan masih menyala. 


Temuan baru itu, mengundang wartawan dan segera berita di media sosial tersebar dimana-mana, dikabarkan dr. Heru menghilang secara misterius. Publik dibuat bertanya-tanya karena dr. Heru hilang secara misterius di  dalam perjalanan setelah membagikan bantuan kepada keluarga penyintas banjir di Desa Sorean.


Dea pun semakin cemas, hati tak tenang. Dea segera berlari ke sholat dan Al -Quran, Dea berdoa semakin kuat dan berdzikir banyak-banyak, tangis Dea tumpah ruah, kedua mata sudah semakin bengkak dan sakit. Dea lelah. 


Orangtua Dea pun tak kalah bingung dan heran, kemana perginya menantunya itu.


Hari ke-11 Dea dipanggil ke pihak kepolisian untuk dimintai keterangan bersama 15 saksi lainnya.


Di hari ke-15, Polres menangani kasus misterius hilangnya dokter Heru. Dokter Heru dilaporkan hilang di tengah jalan usai membagikan sedekah (bantuan) dalam rangka Idul Fitri kepada penyintas banjir di Desa Sorean, Kecamatan Pangidan, pukul 11 malam.


Setelah membagikan bantuan di Desa Sorean , dokter Heru menuju Desa Puteh yang tak jauh dari desa Sorean  guna membagikan bantuan kepada penyintas banjir. Namun, ia dilaporkan hilang dalam perjalanan.


Menurut temuan polisi, saat itu, dokter Heru membagikan sedekah berupa dana Rp 700.000 per keluarga kepada sejumlah penyintas. Total uang yang dibawanya untuk sedekah itu diperkirakan mencapai Rp 35 juta. Dugaan perampokan, korupsi dan lain-lain muncul.


Tak berapa lama kemudian, pihak kepolisian menerima laporan dari warga jika mereka melihat seseorang mirip dokter Heru di Kecamatan Weja. 


Akhirnya, tim Polres Weja berkoordinasi dengan Polsek Pangidan agar tidak kehilangan jejak.


Benar saja, hari ke-20, dokter Heru ditemukan di sebuah penginapan bersama seorang wanita berinisial K. Wanita tersebut adalah teman SMA sekaligus selingkuhan dokter Heru. melanjutkan perjalanan ke Pokoan untuk mengantar K ke Mare-Mare. Dokter Heru bersama seorang perempuan dan kondisinya sehat.


Dea menuju Polres untuk meminta keterangan mengenai temuan dari kepolisian.


Pihak Kepolisian Sektor Pangidan mengatakan bahwa beberapa saksi melihat sepeda motor Dokter Heru dalam keadaan menyala di tepi jurang Jalan Weja-Kelelo di Dusun Mureka, Desa Kopori.


Sepeda motor itu ditemukan sekitar 30 kilometer dari Kota Sak-Sak, tempat Heru tinggal.


Sore itu, Kapolres Sak-Sak Komisaris Besar Polisi (AKBP) Piyu  diwawancara beberapa koran lokal dan status online, Piyu menjelaskan penyebab hilangnya dokter Heru selama 20 hari. 


Menurutnya penyebab hilangnya Dokter Heru oleh masalah internal rumah tangganya. "Dia mau menghilang dan mau meninggalkan istrinya. Ini ada kaitannya dengan masalah rumah tangga," kata Piyu kepada wartawan yang ada di sana.


Menurut Piyu, dokter Heru sengaja meninggalkan keluarga dan pekerjaannya demi seorang perempuan yang disukainya. Perempuan itu diduga K yang bersama dengan Heru saat ditemukan.


Motif tersebut diungkapkan langsung oleh Heru kepada pihak penyidik.


"Meski tidak dijelaskan apa penyebab kerenggangan dalam rumah tangganya. Namun dokter Heru mengaku jika hubungannya dengan perempuan berinisial K (30) yang ditangkap dengannya dalam kamar sebuah penginapan di Kecamatan Paleleh, Kabupaten Sikalang itu sudah pernah diketahui pihak keluarga dan istrinya pada tahun 2018 lalu," ujarnya.


"Namun saat itu telah diselesaikan secara kekeluargaan," imbuhnya.


Konferensi press ditutup dengan cepat oleh Piyu.


Sepulang Dea, beserta Bapak dan Ibunya dari Polres. Mereka kaget dan merasa syok karena suaminya ditemukan bersama perempuan lain di penginapan. Dea pasrah dan menyerahkan kebingungannya, kegalauannya, kesedihannya dalam sujud-sujud panjang dan deraian air mata kepada sang Khalik. 


"Ya Allah, tolong bantu hamba-Mu ini, mas Heru sudah pernah ku beri kesempatan, jauh-jauh hari memang sempat terlintas pikiran mas Heru bersama wanita lain, tapi aku buang jauh-jauh, beri hamba-Mu ini kekuatan Ya Rabb, Maafkan hamba-Mu yang penuh dengan khilaf ini, lembutkan hati mas Heru, berikan kami jalan terbaik dari tantangan yang mendera rumah tangga kami. Aamiin Allahuma Aamiin." doa Dea.


Nama dan cerita hanya rekaan belaka.


Comments

Popular Posts