Aku berjalan melintasi kasur. Di atas kasur, terbalik, sebuah foto. Foto siapa ini? Aku takut untuk melihat. Aku mengambil foto itu di tanganku dan dengan perlahan membaliknya.
'Apa-apaan ini ...?' aku berteriak.
'Ada apa?' kata Susan. Bisakah aku melihatnya?'
'Bisa,' kataku. Tapi buruk!'
Aku memberi foto itu. Susan melihatnya, dan kaget. 'Tapi itu kau dan aku!' kata Susan.
'Aku tahu,' kataku, dan melihat lagi.
Itu Aku dan Susan. Berada di pantai.
'Lelaki itu!' kata Susan, gelisah. 'Lelaki itu di sana juga. Itu foto miliknya!'
Tiba-tiba, kami mendengar keributan. Pintu terbuka. Dan di sanalah lelaki itu, lelaki dengan wajah sepertiku. Dan dia memegang senjata di tangannya.
"Cerdik sekali!' kata lelaki itu lirih. 'Itu aku.'
Dia menutup pintu.
"Jangan bergerak,' katanya 'Atau akan ku tembak.'
Aku bergidik ngeri melihat lelaki itu. Aku tidak takut senjatanya - Aku takut melihat wajahnya! Hidung, mulut, telinga, rambut semuanya sama seperti diriku ...
Itu aku! Kataku.
Apa yang kamu inginkan! Kata susan.
Diamlah! Aku yang bicara, kamu tidak. Aku sudah menunggu lama untuk ini.
Ada yang salah.
Mundurlah, sekarang!
'Kau mengenalnya!' kataku.
'Iya,' jawab Susan. ' Namanya Stephen Groggs. Aku bekerja dengannya lima belas tahun yang lalu.
'Aki mencintaimu,' kata lelaki itu. Kita bahagia.'
Itu kamu, aku tidak pernah mencintaimu!
"Kamu jahat, Susan Barker,' kata Stephen.
'Kamu pura-pura mencintaiku.'
'Aku tidak mencintaimu! Dan namaku sekarang adalah Reed.'
'Mundur!' teriak Stephen.
Susan berhenti.
'Sepasang mata coklat itu,' kata Susan. Ugh!'
Susan! Ke sini. Laki-laki itu berbahaya. Kataku
Matanya itu. Peter berwarna biru. Lelaki itu coklat. Batin Susan.
Mundur! Kata
Susan! Dengarkan dia, tolong!
Dia tidak akan menembak. Iya kan, Stephen!
'Apakah wajahnya selalu sepertiku?' tanyaku
'Tidak,' kata Susan. 'Aku tak tahu rencana yang sedang ia mainkan.'
'Kamu akan, kata lelaki itu. 'Kamu nanti akan tahu."
Stephen melihat foto di tanganku.
'Itu untukmu, 'katanya. 'Kamu bisa melihat dan mengingatnya.'
'Ingat apa?' kataku.
Stephen tersenyum. 'Jalan-jalan terakhirmu bersama Susan, ' katanya.
'Sebelum kamu di penjara'
'Penjara?' kataku. Kenapa?'
Karena kamu menembak Susan,' katanya.
'Aku tidak ...'
'Kamu akan,' katanya. 'Lihat!' Dan ia berbalik dan meletakkan senjata di kepalanya Susan.
Lelaki itu menembak. Aku memejamkan mata. Ketika aku lihat lagi, Susan sudah tergeletak di lantai. Mati.
Lalu, tiba-tiba, lelaki itu berbalik dan memukulku di kepala. Semuanya gelap -- dan aku roboh, roboh, roboh.
Beberapa lama kemudian, aku membuka mataku kembali. Aku ingat.
'Kamu menembak Susan!' kataku.
'Bukan,' kata lelaki itu tersenyum - dengan senyuman milikku! 'Kamu yang menembak Susan. Rencana ku berjalan dengan sangat lancar.
Aku mencoba bangun, tapi sungguh sulit.
'Aku mencintai Susan, kataku, lirih.
'Aku, juga,' kata Stephen. 'Tapi Susan bersama denganmu bertahun-tahun lamanya. Sekarang ... Ia tersenyum lagi dan melihat senjatanya.
'Kamu berencana menembak ku, kan? kataku.
'Oh, tidak,' katanya. 'Aku bilang, kamu akan di penjara.
Mungkin di sana, kamu akan mengerti. Untuk ku Susan sudah mati sebelum aku menembaknya. Sekarang dia mati untukmu, juga.'
Stephen mendekatiku, dan membekap mulutku. Kemudian, aku dengar Nyonya Brwon di depan pintu.
'Mfff... mmwff!' kata ku.
'Aku menembak Susan!' lelaki itu menjawab untukku.
'Dan saat ini Susan sudah mati. Mati! MATI! Oh, Susan, Maafkan aku!'
'Sudah, ' katanya. 'Sekarang wanita itu akan menelfon polisi dan mereka akan datang - menangkap mu!'
"Ingatlah, kata ku. 'Wajah kita sama.'
'Tidak selamanya,' katanya. Sungguh mengerikan, aku melihatnya perlahan membuka penyamaran tiruan dari wajahnya.
'Sekarang hanya ada satu-satunya Peter Reed lagi. Kamu!'
'Tapi...'
'Oh, dan satu lagi. Ini dia ...'
Sebelum aku menyadari, pistolnya sudah di tanganku!
'Kamu bisa memberikannya ke polisi' katanya sambil tertawa.
Aku memandangi pintu. Pintu terbuka dan empat polisi masuk. Mereka melihat mayat wanita. Mereka melihat pistol di tanganku.
Polisi pertama mendatangiku. 'Kamu ikut kami, ' katanya.
'Aku tidak ... betul kan? ... Aku tidak... ' Aku tidak. ' Aku tidak mau di penjara.
'Ayo ikut kami,' katanya lagi. 'Kamu bisa berbicara nanti.
Kita punya banyak waktu semalaman.'
Comments
Post a Comment