Brown Eyes




Jam Terbang

Penerjemahan novel bahasa Inggris ke bahasa Indonesia 

Referensi http://britishcourse.com/

Beginner Level ebooks

Menerjemahkan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia memerlukan proses salah satu caranya dengan menambah jam terbang menerjemahkan yaitu membaca novel berbahasa Inggris, kemudian menuliskan kata atau kalimat yang sulit dan diterjemahkan agar dapat menambahkan perbendaharaan kosa kata.

Mengutip britishcourse.com untuk membaca novel bahasa inggris perlu penguasaan kosa kata yang lumayan banyak. Oleh karena itu, jika ingin belajar bahasa inggris dengan membaca novel berbahasa inggris, sobat perlu memulainya dengan novel dari level yang rendah dulu.

Dapat ditemui 50 daftar novel yang bisa membantu belajar mulai dari level paling dasar sampai level tertinggi di situs britishcourse.com.

Menurut situs britishcourse.com pembagian level bukan berdasarkan kemampuan namun dari jumlah kata yang ada dalam novel tersebut.

Penerbit


Penulis Paul Stewart

Tahun terbit 1996.

Penerbit Pearson Education Limited dan Penguin Books, Ltd.

Untuk file pdf nya ada 34 halaman disertai soal-soal yang berkaitan dengan buku yang bisa dibahas melalui group discussion.

Buku terbitan Pearson Education Limited ini dipergunakan untuk belajar bahasa Inggris.

Terjemahan


Lelaki Bermata Coklat

"Seorang laki-laki berpura-pura menjadi diriku, kataku. "Kenapa?"

Setiap tahun, Tuan dan Nyonya Reed pergi ke Pantai-Lea-on untuk berlibur, setiap tahun mereka menginap di Hotel Vista.

Tahun ini segala sesuatunya diawali dengan tidak baik. Ada seseorang laki-laki pura-pura menjadi Peter. Tapi mengapa? Apakah dia baik atau berbahaya? ---- apa yang laki-laki itu mau?

Apakah ini? Kunjungan ketiga belas di Pantai- Lea-on, menjadi kunjungan mereka yang terakhir?


Kami tiba di hotel yang berada di Pantai Lea-on lebih awal.

Sabtu pagi. Hotel Vista. Aku dan Susan selalu menginap di sana.

Hotel yang sangat sepi, sangat ramah dan makanannya enak. Aku membuka pintu, dan kami masuk.

"Selamat pagi, Nyonya Brown," kataku.

"Tuan dan Nyonya Reed, katanya. 'Senang sekali melihat anda lagi."

'Senang sekali bisa di sini lagi, 'kataku.
'Kopi?" katanya. 'Sebelum anda naik ke kamar."
'Terima kasih, ' kataku.

"Dimana Mary kecil?' tanya Susan. Mary adalah anak perempuan Nyonya Brown.

"Dia ada di kebun," kata Nyonya Brown dan tertawa.

'Tapi dia sudah besar! Sekarang Mary adalah perempuan muda yang tinggi badannya.

"Berapa umurnya saat ini?' tanya Susan.

"Lima belas,' kata Nyonya Brown.

'Lima belas! kataku.' Waktu cepat berlalu!'

"Aku mengerti,'kata Nyonya Brown. "Waktunya, kopi! 

Sebelum aku lupa lagi.' Ia berjalan menuju dapur.


Susan memandangku. 'Aku suka sekali di sini, Peter', katanya.

'Aku tahu, kataku. Kapan pertama kali kita bertemu?' tanyanya. 

' 'Sebelas tahun yang lalu? Dua belas?'

'Salah, ' kataku. Selasa nanti sudah tiga belas tahun,' kataku. 'di Kafe.'

'Oh iya.'' kata Susan, dan memejamkan matanya.


Pintu terbuka, dan Mary melihat ke dalam. Dia tinggi. 

'Halo,' katanya ke Susan.' Dan halo lagi,' katanya kepada ku.

'Lagi?" kataku.

"Iya. Kamu ingat? Kemarin. Katamu bilang "halo' di bank.'

'Ah, I..iya!' kataku, dan berpura-pura ingat.

"Itu kamu!'

Mary tersenyum. 'Sampai bertemu lagi,' katanya.
'Selamat tinggal!'

'Selamat tinggal,' kata kami. Susan menutup pintu. Ia melihatku.

"Mengapa kamu berpura-pura?' tanyanya. 
'Aku tak tahu,' kataku.


Sinar matahari panas di sore hari. Setelah makan siang, Aku dan Susan berjalan menyusuri pantai. Kami berenang. Airnya dingin.
Setelah itu, kami berjalan menuju Coffee House Conor's. Tempatnya kecil, kafe bersuasana tenang dekat pantai.

Kafe itu! Tempat Aku dan Susan pertama kali bertemu. Kami kembali ke sana tiap tahun.  
Aku membuka pintu dan melihat ke dalam. John Connor tersenyum.
'Halo lagi!' katanya kepadaku.



Dan kali ini bersama Nyonya Reed ... Mau pesan apa! Kopi! Atau minuman dingin?

Jangan lagi! batinku.

Tolong kopinya dua, satu hitam, satunya putih, kata Susan.

Tadi Mary, sekarang John. Aku tidak mengerti, kataku.

Mungkin ada dua laki-laki di Pantai Lea-on  berhidung besar dengan rambut hitam, kata Susan.


Emm ... John, apa yang kita bicarakan semalam -- Kita minum banyak sekali tadi malam! kataku

Itu tidak apa-apa, kamu sedang liburan, kata John.

Terima kasih, kata Susan.

Apa yang kita lakukan ... ?
Mmm, kerjaanmu, kafeku. 
Oh, dan Mobil baru Nyonya Reed, kata John.

Citroen ... kan, kataku.

Bukan itu ... itu Volkswagen. Aku tidak pernah ingat orang, tapi aku ingat selalu jenis mobil, kata John.

Aku tak suka hal ini! batinku.


Ini malam keempat di Hotel Vista. Kami berada di sebuah meja restoran, tapi aku tak nafsu makan. Aku takut. Sangat takut. Ada sesuatu yang tidak beres di Pantai Lea-on.

Hari Minggu, lelaki tua penjual koran.
Senin, lelaki di bank.
... Seorang wanita di bioskop.
Kemarin seorang gadis di toko sepatu.
 
Dan sore ini, wanita di Restoran Italia.
Semua tersenyum padaku dan berkata, "halo lagi!'

'Seseorang berpura-berpura menjadi diriku,' kataku. 'Mengapa?' 
'Aku tak tahu,' kata Susan. 'Tapi itu tidak penting.
Kita...'
'Tidak penting?' aku teriak. 'Aku pikir itu. A...
Aku akan ke kantor polisi!'
'Jangan,' kata Susan. 'Polisi itu akan menertawaimu. 'Kita akan temukan lelaki itu. Pantai Lea-on itu kecil. Akan mudah.'
Susan memandang ke mataku. Ia meraih tanganku. 'Aku juga takut,' katanya.

Malam harinya, kami berjalan menyusuri pantai. Matahari merah kekuningan. Airnya biru terang.
'Hari ini penting,' kata Susan. 
'Penting?' kataku.
'Tiga belas tahun, 'katanya. 'Aku dan kamu! Ingatkah kamu?'
'A? ... Ya, Aku lupa,' kataku pelan.
'Kamu mencintaiku?' tanya Susan.
'oh, ya,' kataku, dan menghadapnya.
'Baik, katanya. 'Aku juga mencintaimu.'
Kami berciuman. Dan untuk pertama kalinya di liburan kami, aku bahagia!
'Tiba-tiba!' Susan mundur ke belakang.
Susan benar. Ada seseorang lelaki dengan hidung besar dan rambut hitam. Dia menutup pintu dan belok kanan. Dari bioskop dia belok kanan lagi, dan pergi dengan cepat.
'Lari!' kata Susan. 'Kita tidak ingin kehilangan laki-laki itu.'
Kami tiba di bioskop dan melihat ke jalan.
"Dimana lelaki itu? Kataku.
'Di sana!' kata Susan.
Aku melihatnya berbelok ke kiri dari bank.
'Cepat!' teriakku.
Kami berlari menyebrangi jalan mengejar lelaki itu. 
'Jangan pergi! Teriakku 
Tapi lelaki itu tidak mendengar ku. Kami berlari menuju bank. 
Di sana, kami berhenti. Aku mencari ke sana ke mari. Lelaki itu tidak ada.
Dimana dia?' kataku.
'Aku tidak tahu,' kata Susan. 'Tapi kita akan bertemu dia lagi.
Aku tahu pasti. Ayolah,' kata Susan. 'Kita minum di hotel.'
Kami kembali ke Hotel Vista berjalan lambat. 
Susan memandangi kafe dan restoran tapi ia tidak melihat lelaki itu lagi. Untung saja!
"Mungkin kita tak akan pernah bertemu dia lagi,' kataku.
'Mungkin.' kata Susan lirih.
Kami tiba di hotel jam 10 malam.

Kami mendengar suara televisi. Kami masuk. Kami melihat Nyonya Brown, tapi dia tidak melihat kami. Aku tersenyum. "Sedang tidur.' kataku.

Nyonya Brown lelah.
Aku juga,' kataku

Bisakah kita lupakan minum-minum itu? tanya Susan.

Dan tidur lebih awal, setuju, kataku 

Kami bahagia! dan setelah tiga belas tahun! batin Susan.

Kami beruntung! Kami saling mencintai! batin Susan.

Lihat! teriak Susan


Oh Peter! Aku takut, kata Susan.

Tidak apa-apa, kataku.

Ini tidak baik, kata Susan.

Mungkin kamu lupa untuk ... Kataku.

Tidak! aku tak pernah lupa! dan aku melihat ke atas dari jalan. Waktu itu kamarnya gelap. Aku tahu tadi, kata Susan.

Ku rasa baik-baik saja, kataku.

Apa ini yang ada di meja? tanya Susan.



Aku berjalan melintasi kasur. Di atas kasur, terbalik, sebuah foto. Foto siapa ini? Aku takut untuk melihat. Aku mengambil foto itu di tanganku dan dengan perlahan membaliknya.

'Apa-apaan ini ...?' aku berteriak.
'Ada apa?' kata Susan. Bisakah aku melihatnya?'
'Bisa,' kataku. Tapi buruk!'
Aku memberi foto itu. Susan melihatnya, dan kaget. 'Tapi itu kau dan aku!' kata Susan.

'Aku tahu,' kataku, dan melihat lagi.
Itu Aku dan Susan. Berada di pantai.
'Lelaki itu!' kata Susan, gelisah. 'Lelaki itu di sana juga. Itu foto miliknya!'

Tiba-tiba, kami mendengar keributan. Pintu terbuka. Dan di sanalah lelaki itu, lelaki dengan wajah sepertiku. Dan dia memegang senjata di tangannya.

"Cerdik sekali!' kata lelaki itu lirih. 'Itu aku.' 
Dia menutup pintu.
"Jangan bergerak,' katanya 'Atau akan ku tembak.'


Aku bergidik ngeri melihat lelaki itu. Aku tidak takut senjatanya - Aku takut melihat wajahnya! Hidung, mulut, telinga, rambut semuanya sama seperti diriku ...

Itu aku! Kataku.

Apa yang kamu inginkan! Kata susan.

Diamlah! Aku yang bicara, kamu tidak. Aku sudah menunggu lama untuk ini.

Ada yang salah.

Mundurlah, sekarang!


'Kau mengenalnya!' kataku.

'Iya,' jawab Susan. ' Namanya Stephen Groggs. Aku bekerja dengannya lima belas tahun yang lalu.

'Aki mencintaimu,' kata lelaki itu. Kita bahagia.'
Itu kamu, aku tidak pernah mencintaimu!

"Kamu jahat, Susan Barker,' kata Stephen.
'Kamu pura-pura mencintaiku.'

'Aku tidak mencintaimu! Dan namaku sekarang adalah Reed.'

'Mundur!' teriak Stephen.

Susan berhenti.
'Sepasang mata coklat itu,' kata Susan. Ugh!'

Susan! Ke sini. Laki-laki itu berbahaya. Kataku

Matanya itu. Peter berwarna biru. Lelaki itu coklat. Batin Susan.

Mundur! Kata 

Susan! Dengarkan dia, tolong!

Dia tidak akan menembak. Iya kan, Stephen!

'Apakah wajahnya selalu sepertiku?' tanyaku 
'Tidak,' kata Susan. 'Aku tak tahu rencana yang sedang ia mainkan.'
'Kamu akan, kata lelaki itu. 'Kamu nanti akan tahu."

Stephen melihat foto di tanganku.
'Itu untukmu, 'katanya. 'Kamu bisa melihat dan mengingatnya.'
'Ingat apa?' kataku.

Stephen tersenyum. 'Jalan-jalan terakhirmu bersama Susan, ' katanya.
'Sebelum kamu di penjara'


'Penjara?' kataku. Kenapa?'
Karena kamu menembak Susan,' katanya.
'Aku tidak ...'
'Kamu akan,' katanya. 'Lihat!' Dan ia berbalik dan meletakkan senjata di kepalanya Susan.

Lelaki itu menembak. Aku memejamkan mata. Ketika aku lihat lagi, Susan sudah tergeletak di lantai. Mati.

Lalu, tiba-tiba, lelaki itu berbalik dan memukulku di kepala. Semuanya gelap -- dan aku roboh, roboh, roboh.

Beberapa lama kemudian, aku membuka mataku kembali. Aku ingat.
'Kamu menembak Susan!' kataku.
'Bukan,' kata lelaki itu tersenyum - dengan senyuman milikku! 'Kamu yang menembak Susan. Rencana ku berjalan dengan sangat lancar.

Aku mencoba bangun, tapi sungguh sulit. 
'Aku mencintai Susan, kataku, lirih.
'Aku, juga,' kata Stephen. 'Tapi Susan bersama denganmu bertahun-tahun lamanya. Sekarang ... Ia tersenyum lagi dan melihat senjatanya.
'Kamu berencana menembak ku, kan? kataku.


'Oh, tidak,' katanya. 'Aku bilang, kamu akan di penjara.
Mungkin di sana, kamu akan mengerti. Untuk  ku Susan sudah mati sebelum aku menembaknya. Sekarang dia mati untukmu, juga.'

Stephen mendekatiku, dan membekap mulutku. Kemudian, aku dengar Nyonya Brwon di depan pintu.
'Mfff... mmwff!' kata ku.

'Aku menembak Susan!' lelaki itu menjawab untukku.
'Dan saat ini Susan sudah mati. Mati! MATI! Oh, Susan, Maafkan aku!'


'Sudah, ' katanya. 'Sekarang wanita itu akan menelfon polisi dan mereka akan datang - menangkap mu!'

"Ingatlah, kata ku. 'Wajah kita sama.'

'Tidak selamanya,' katanya. Sungguh mengerikan, aku melihatnya perlahan membuka  penyamaran tiruan dari wajahnya.

'Sekarang hanya ada satu-satunya Peter Reed lagi. Kamu!' 
'Tapi...'
'Oh, dan satu lagi. Ini dia ...'

Sebelum aku menyadari, pistolnya sudah di tanganku! 
'Kamu bisa memberikannya ke polisi' katanya sambil tertawa.
Aku memandangi pintu. Pintu terbuka dan empat polisi masuk. Mereka melihat mayat wanita. Mereka melihat pistol di tanganku.

Polisi pertama mendatangiku. 'Kamu ikut kami, ' katanya.

'Aku tidak ... betul kan? ... Aku tidak... ' Aku tidak. ' Aku tidak mau di penjara.
'Ayo ikut kami,' katanya lagi. 'Kamu bisa berbicara nanti. 
Kita punya banyak waktu semalaman.'

Comments

Popular Posts