Gundukan Merah


Anak

Seorang ibu dengan mata sembab, hidung berair, terisak-isak. Di depan tanah merah, gundukan itu masih baru, bunga wangi tertabur di atas kuburan itu.

Anaknya baru saja dikuburkan. Anak laki-laki yang disayanginya, berusia 11 tahun. Seorang anak yang duduk di bangku sekolah dasar. 

Ibu itu bernama Ranti dan anak laki-lakinya yang sudah tiada bernama Bagus.

Baru kemarin rasanya memeluk seorang bayi mungil, ganteng, Ranti menimang seorang bayi yang dia dan suaminya namakan Bagus. 

Sakit

Bagus mengeluh sakit beberapa hari yang laku. Pulang sekolah, Bagus merasa lemas dan tidak enak badan.

Hari itu, Bagus tak mau dibawa periksanke bidan. Ranti membelikannya obat agar sakitnya berkurang. Bagus muntah-muntah. 

Ayahnya, Hasan, melihat kondisi putranya pun bingung, dua hari tidak mau makan, 

Darurat

Lantaran tidak makan apapun setelah dua hari, kondisi Bagus mulai semakin darurat.

Ranti dan suami juga membujuk anaknya agar dibawa ke Puskesmas, namun Bagus tetap menolaknya.

Ranti menyakan kepada putranya kenapa muntah-muntah terus. Bagus bilang tidak apa-apa.

Ranti menyuapi makanan ke Bagus. Tapi kondisi Bagus lemas tidak berdaya. Bagus tetap tidak mau dibawa ke bidan.

Setelahnya, kondisinya semakin parah, di mana mulut Bagus tidak bisa dibuka untuk makan.

Saat itu, Bagus sempat menangis dan lihat ayat suci Al-Quran yang tergantung di dinding rumah.

Ranti dan suaminya memeluk putranya dan sambil bertanya kenapa kau Bagus, kenapa gak mau bicara, sakit apa? 

Setelah mereka peluk, Bagus meninggal. 

Bagus meninggal dalam pelukan kasih sayang kedua orangtuanya.

Jenazah

Saat jenazah Bagus dimandikan, keluarga melihat bagian tubuhnya terdapat memar seperti kena pukulan.

Akan tetapi, Ranti belum curiga itu adalah pukulan, melainkan karena masuk angin.

Ketika Ranti memandikan punggung jenazah anaknya, dia melihat ada memar, dada memar merah kebiruan. Kuping juga terlihat biru.

Kawan

Sesudah beberapa hari dikebumikan, kawan sekelas Bagus datang untuk membeli dagangan Ranti.

Di saat itu, kawan sekelas korban bercerita kepada Ranti, bahwa Bagus sempat dipukuli oleh enam murid laki-laki sekelasnya.

Kawannya bilang pada Ranti, dia tidak mau bicara tapi takut sama yang pukuli Bagus.

Ranti pun terus mendesak kawan Bagus itu dengan pertanyaan-pertanyaan. 

Akhirnya, Ranti mendapat jawaban, katanya Bagus dipukuli oleh enam orang kawannya di sekolah.

Kawan sekelasnya berkata pada Ranti kalau mereka semua takut dengan murid-murid yang memukul Bagus.

Sebab, murid-murid yang diduga memukul Bagus suka menganiaya murid lainnya.

Kawan Bagus juga takut dengan anak yang memukuli Bagus. Kawannya Bagus itu juga sering dipukuli.

Kawannya juga bilang ke Ranti kalau Bagus dipukuli di dalam sekolah dan dalam kelas.

Pihak Sekolah

Karena mengetahui hal ini, Ranti dan suami langsung bergegas berangkat untuk menemui pihak sekolah.

Kepala SD tidak mengetahui adanya penganiayaan yang dilakukan sesama murid.

Kepala sekolah dan wali kelas tidak tahu dengan kejadian.

Akan tetapi Ranti berkata pada pihak sekolah bahwa ada saksi-saksi yang merupakan murid sekelas Bagus bilang, bahwa enam orang murid laki-laki telah memukuli Bagus sampai muntah-muntah.

Kemudian, karena mendengar hal ini, Kepala Sekolah langsung memanggil para orang tua murid yang diduga memukuli Bagus.

Akan tetapi, orang tua Bagus merasa tidak puas dengan kebijakan Kepala Sekolah.

Kepala sekolah itu berkata kepada Ranti agar kasus ini jangan kemana-mana dulu.

Firman Allah SWT: "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya" (QS. Al-Nisaa' [4]:93).

Words scar. Rumors destroy. Bullies kill.” (Kata-kata melukai. Rumor menghancurkan. Perundungan membunuh)-anonymous

Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka. Jika Ada Kesamaan Nama Tokoh, Tempat Kejadian Ataupun Cerita, Itu Adalah Kebetulan Semata

Comments

Popular Posts