Sebuah Kepasrahan


Usaha

Seseorang lelaki yang menderita stroke sejak 2018. Kini berada di rumah anaknya. Di rumah anaknya, dia berpikir lebih nyaman. Lelaki itu sudah berobat ke rumah sakit bahkan alternatif.

Dua rumah sakit di ibukota dan dua rumah sakit di daerah, serta puluhan alternatife, berbagai obat dari rumah sakit dan alternatif, belum ada hasil. Semakin bertambah usia, kondisi lelaki itu semakin menuru, semakin berat melangkah.

Tangis Pilu

Suatu malam, lelaki itu mengobrol dengan anak perempuan dan suaminya. Beberapa kalimat keluar bahwa dia sudah melakukan berbagai macam usaha tapi belum diberikan kesembuhan, tangisnya pecah, tangis yang dia pendam. Perasaannya dia curahkan, tangis ditumpahkan, tangis pilu, merindu sembuh. Anak perempuannya tertegun, menghampiri lelaki yang sedang duduk di kursi roda, lelaki tua yang merupakan ayah yang selama ini mendidik dan membesarkannya dengan disiplin dan kasih sayang, mengusap punggungnya yang tidak memakai baju atasan, menenangkannya dengan perkataan yang adem dan nyaman juga menguatkan sang ayahanda. Air mata bercucuran, anak perempuannya memberikan tisu dan mengambilkannya gelas yang berisi air minum.

Anak perempuannya mengatakan pada si ayah, bahwa dia pun sedang berjuang untuk kesembuhan penyakitnya, anak perempuannya memberikan contoh dirinya kepada sang ayah agar ayah dapat menerima tanpa menggurui.

Si anak perempuan mengatakan bahwaia belajar menerima, walaupun proses penyembuhan terus berjalan, belum sembuh keadaannya.

Ketika anak berpikir secara logika, mempertanyakan mengapa mendapat penyakit ini? ia terus berganti dengan proses yang lain yaitu fokus penyembuhan. Yakin pada Allah.

Kemudian berangsur-angsur tangis sang ayah berhenti dan mengutip sebuah ayat,

Al-BAqarah: 286.

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”

Sang ayah berkata, Allah itu Adil, “Saya stroke, punya pensiun, belum diberikan kesembuhan.” Ada tukang angkot, stroke, satu kali berobat, sembuh strokenya, karena dia jadi tulang punggung keluarga. Saya ke tempat yang sama berobantnya dengan tukang angkot tapi belum sembuh.

Anak perempuan dan suaminya, berkata, “Iya, Pak.” 

Setelah diam beberapa saat, anak perempuannya bertanya kepada sang ayah,”Apa keinginan ayah, selain sembuh?” tanya si anak.

Sang ayah berkata, “Aku mau minta tolong aparat …”  belum tuntas kalimat sang ayah, lelaki itu kembali menangis pilu sambil sesegukan. Anak perempuannya, berusaha tegar, tidak ingin memperlihatkan tangis kesedihannya di depan ayahandanya. Tetapi hatinya menangis melihat kepiluannya ayah yang disayanginya. Anak perempuannya kembali mengusap punggungnya.

Sebuah Kepasrahan

Setelah lelaki selesai mencurahkan tangisnya, si anak perempuan kembali bertanya, kalimat yang ingin ayahnya katakan. Sang ayah melanjutkan, ingin meminta izin apakah boleh dikuburkan di desa tempat anaknya tinggal, karena sang ayah bukan penduduk asli. Sebelumnya sang ayahanda pernah bilang kepada anak perempuannya, jika dia ingin dimakamkan di dekat bapak dan ibunya di desa dia dilahirkan. Anak perempuan itu menenangkan ayahandanya, waktu yang diberikan Allah untuk ayah, pergunakan sebaik-baiknya, dimana saja dan kapanpun senantiasa berdzikir istighfar kepada Allah. Allah akan memberikan ampunan dan jalan keluar setiap kesulitan jika senantiasa berdzikir.

“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).

Perubahan

Anak perempuan itu cukup lega, ayahnya mengeluarkan uneg-unegnya, sebuah kepasrahan. Anak perempuan itu belajar membersamai orangtua. Waktu kebersamaan mereka pun sesaat. Dia berproses belajar.

Dia belajar memahami bahwa setelah terkena stroke, ayahandanya mengalami perubahan kepribadian menjadi perilaku negatif yang dapat membuat hidup orang di sekitarnya tidak menyenangkan. Ayahnya  merasa depresi, cemas, tidak sabar dan mudah marah karena belum diberikan kesembuhan.

Ayahanda juga menyerang orang disekitarnya secara verbal atau bahkan fisik menggebuk meja. Perilaku sulit pada penderita stroke juga dapat timbul dari perubahan kepribadian. Hampir setengah dari orang yang mengamati perilaku penderita stroke menggambarkan perubahan mereka menjadi negatif, tidak sabar dan mudah marah.

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang-orang disekitar penderita stroke agar dapat mendukung penderita stroke seperti dikutip dari health.detik.com, Senin (24/10/2011):

1. Memahami bahwa perilaku negatif yang dilakukan oleh penderita stroke tidak bermaksud ditujukan kepada orang disekitarnya.
Penderita stroke sering marah karena kecewa dan depresi dengan kondisinya. Penderita stroke mungkin juga telah kehilangan beberapa kemampuan untuk mengontrol emosinya. Jika perlu, beri sedikit waktu untuk sementara sehingga kedua pihak dapat meredakan emosi.

2.   Berlakulah lebih positif dan mendukung, namun dapat tetap tegas.
Memahami bahwa terkadang penderita stroke marah atau berlaku kasar, karena depresi dengan perubahan fisiknya dan mungkin dengan marah dapat membuat mereka merasa lebih baik.

3.   Hentikan kemarahan penderita stroke dengan teknik menenangkan.
Kadang-kadang cara terbaik untuk berurusan dengan perilaku sulit para penderita stroke adalah dengan mengalihkan perhatiannya dengan aktivitas yang menenangkan. Aktivitas yang menenangkan tersebut dapat seperti menonton acara TV favorit atau mendengarkan musik yang santai atau merilekskan. Perilaku negatif yang telah dilakukan oleh para penderita stroke dapat disampaikan atau dibahas ketika kemarahannya sudah mereda dan sudah tenang.

4.   Melakukan penguatan positif pada penderita stroke.
Memberikan penghargaan yang positif ketika penderita stroke mempunyai perilaku yang positif. Dan tetap menguatkan bahkan ketika penderita stroke sedang melakukan perilaku negatif yang menyinggung.

5.   Mengurangi gangguan dan stimulasi. Jika televisi adalah tontonan yang dapat menenangkan penderita stroke, cobalah meminimalkan kebisingan yang dapat mengganggunya menonton televisi. Karena penderita stroke mungkin memiliki kesulitan dalam memfokuskan perhatian. Apabila ada sesuatu yang mengganggu hal yang sedang dinikmati penderita stroke, itu dapat membuatnya marah. Karena penderita stroke biasanya lebih mudah marah.

6.   Mencarikan kelompok dukungan di mana penderita stroke dapat berbagi apa yang diceritakannya. Berbicara dengan orang lain dengan kondisi yang sama dapat sangat membantu, dan penderita stoke juga akan mendapatkan keuntungan dari interaksi sosial tersebut. Hal tersebut juga akan berguna bagi keluarga atau orang-orang yang merawat penderita stroke karena juga dapat berbagi pengalaman dengan sesama keluarga penderita stroke.

7.   Lindungi diri Anda. Jika penderita stroke melakukan serangan secara fisik pada orang disekitarnya, maka Anda harus mengambil tindakan untuk mencegah penderita stroke untuk menyakiti Anda atau dirinya sendiri. Berkonsultasilah dengan dokter dan tim rehabilitasi penderita stroke. Mungkin perlu mempertimbangkan fasilitas perawatan. Bagi orang-orang disekitar penderita stroke, berdamai dengan perubahan emosi, kepribadian dan perilaku penderita stroke mungkin lebih sulit daripada mengelola cacat fisiknya.

Penderita stroke mungkin dapat mengalami banyak perubahan, hingga tampak seperti orang yang benar-benar berbeda dari sebelum mengalami stroke. Penderita stroke mungkin perlu mendapatkan konseling atau bergabung dengan kelompok pendukung. Memiliki seseorang untuk diajak bicara dapat meringankan kecemasan dan ketakutan penderita stroke.

Support System

Si anak perempuannya pun memiliki penyakit hormonal yang masih dalam penyembuhan, keadaanya pun menguras tenaga dan emosi. Dia pun masih berproses belajar sabar dalam merawat kedua orangtuanya, ayahnya yang stroke dan ibunya yang sakit Diabetes Militus (DM) sudah  20 tahun lamanya. Ketiganya pun sama-sama sensitive. Si anak perempuan belajar berdamai dengan keadaannya, fokus pada solusi. Support system si anak perempuan itu adalah keluarganya. Suami yang mendukung dan sabar, anak-anak yang membuat hati nyaman dan orangtua yang bersamanya membuat tenang, tidak harus berjauhan. Anak perempuan itu memiliki tiga anak. Anak-anak belajar dan melihat bagaimana ayah dan bundanya merawat kakek dan neneknya, anak-anak mengamati respon orangtuanya ketika berbicara dan bertindak ke kakek dan neneknya. Anak perempuan itu pun memberikan penjelasan mengapa kakeknya tiba-tiba menangis. Anak perempuan itu terharu ketika dia mengelus punggung ayahanda yang menangis, putrinya itu mendekati dan mengusap-usap tangan kakeknya ikut menenangkan. Keluarga itu belajar bersama mengarungi kehidupan dan menyelesaikan tantangan dengan Ikhtiar (usaha) terbaik, berdoa agar Allah meridhoi.

Comments

Popular Posts