Jalan dan Pintu Kebaikan

 

Kebaikan dari pintu mana pun di bulan Ramadan

Bersedekah di bulan ini tidaklah seperti di bulan-bulan lainnya.

Shalat malam di bulan ini tidaklah seperti di bulan-bulan lainnya.

Kedermawanan di bulan ini tidaklah seperti di bulan-bulan lainnya.

Membaca Al-Qur’an di bulan ini tidaklah seperti di bulan-bulan lainnya.

Pintu-pintu kebaikan yang Allah sediakan di bulan Ramadhan begitu terbuka lebar. 

Maka demi Allah, tidak ada udzur bagi seorang pun di bulan ini.

Apakah seorang ibu dengan berbagai peran dapat memaksimalkan potensi amalannya dalam beribadah kepada Allah di bulan Ramadan? 


Ramadan di rumah, bagaimana Ramadan ini biar terasa hikmatnya biar terasa berkahnya? 

Itu semua tidak terlepas dari kiprah seorang ibu untuk mendidik putra putri dan seluruh anggota keluarganya ibu.

Ibu adalah salah satu sosok mendedikasikan dirinya untuk kegiatan ibadah puasa bagi dirinya dan juga bagi keluarganya

Seorang ibu menjalankan ibadah puasa sambil tetap bekerja sekaligus mengurus keluarga di rumah, apalagi saat memiliki anak -- anak yang masih kecil tentu memerlukan perhatian yang ekstra. 

Apapun tantangan yang dihadapi Ibu tetap menjalankan ibadah sholat tarawih dan mengaji disela-sela waktunya. 

Ayat di atas turun sekaligus menjadi jawaban Rasulullah SAW atas pertanyaan yang disampaikan shahabiyah tentang posisi perempuan yang beribadah.

Apakah pahala-pahala ibadah yang dijanjikan Allah itu hanya untuk laki-laki, tidak untuk perempuan? 

Dan, apakah perempuan tidak bisa ikut serta berlomba-lomba meraih pahala ibadah, apalagi di bulan Ramadhan yang penuh limpahan rahmat dan banyak bonus pahala dari Allah SWT?

Jika diperhatikan, ayat di atas menggunakan identitas mudzakar-muannats sekaligus seperti al–muslimin wa al-muslimāt, al-mu’minin wa al-mu’minat, dan seterusnya. 

Artinya, orang-orang Islam laki-laki dan perempuan, orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, sampai pada orang-orang yang puasa laki-laki dan perempuan. 

Dengan redaksi mudzakar-muannats, Allah SWT dalam ayat ini menyeru seluruh orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan kerasulan Muhammad SAW, 

Baik laki-laki maupun perempuan. Tidak ada pembedaan khusus pada kelompok tertentu. 

Lebih jauh, Allah SWT melalui ayat di atas ingin menegaskan bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama atas pahala yang dijanjikan-Nya, seperti halnya yang bisa didapat laki-laki. 

Dengan begitu, para ibu atau perempuan punya kesempatan untuk beribadah sebaik-baiknya di semua bulan, termasuk bulan Ramadhan. 

Dalam hal ini, ibadah di bulan Ramadhan, tidak terbatas pada bentuk-bentuk ibadah seperti shalat, rukuk, sujud, serta berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan minum sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.

Jalan Kebaikan

Banyak jalan menuju Roma

Di saat anggota keluarga masih terlelap, seorang ibu bangun dan menyiapkan sahur. 

Seluruh aktivitas seorang ibu di dapur dan di rumah seluruhnya dimaknai sebagai ibadah, yang bukan hanya sekedar ritual yang sudah ditentukan, tapi kesibukan perempuan di dapur dimaknai ibadah.





Untuk itu, ayat di atas seperti juga ditegaskan di sejumlah ayat lain seperti QS Al-Mu’minun/23: 5-7 dan berbagai hadis Nabi menyatakan:


bahwa ibadah tidak hanya diartikan dengan melaksanakan ruku, sujud, dan berpuasa, melainkan juga beraktivitas di dapur bagi kaum perempuan. 


Kemudian, ayat di atas juga menegaskan jaminan-Nya bahwa Dia tidak membedakan amal ibadah laki-laki dan amal ibadah perempuan.


Memang, acap kali kita mendengar sebagian perempuan bertanya mengapa perempuan pekerjaannya hanya di dapur saja? 


Mengapa perempuan hanya bertugas menyediakan makanan hingga tak jarang alami kelelahan  dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi?


Merujuk pada keterangan yang disampaikan Allah SWT melalui ayat diatas, seharusnya mulai dipahami bahwa pekerjaan perempuan untuk menyiapkan makanan untuk sahur dan buka itu adalah pekerjaan yang paling mulia


Dan ini harus diapresiasi dengan baik dan ekspresif oleh kaum laki-laki untuk membuat perempuan istrinya itu senang dan merasa dihargai.


Kendati begitu, perempuan juga bisa memiliki kesempatan yang sama untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam berbagai ibadah  seperti shalat (malam), puasa, dzikir, membaca al-Qur’an dan lain sebagainya).


Namun, tentu saja para laki-laki juga harus memberikan ruang jika sang perempuan ingin beribadah lainnya. Para pasangan suami-istri seharusnya bisa kerjasama dengan baik. 


Suami dan istri bisa saling bekerjasama mengerjakan sebuah pekerjaan, Anak-anak pun belajar bergotong-royong di rumah. Karena Ramadan juga bulan mulia dengan balasan berlipat-lipat dan pendidikan bagi seluruh keluarga.


Dan, jika seluruhnya diniatkan sebagai ibadah, Insya Allah semua ibadah akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT, terutama pada bulan suci Ramadhan.


Demikian sedikit penjelasan yang bisa penulis sampaikan. 


Semoga penjelasan ini bisa menjawab beberapa suara hati perempuan yang sering mengeluhkan hari-harinya habis berkutat di dapur. 


Insya Allah, jika semua aktifitas di dapur diniatkan untuk ibadah apalagi menghormati keluarga yang berpuasa, maka seluruh aktivitasnya akan bernilai dan berharga di sisi Allah. 


Tapi jangan lupa, ibu-ibu juga tetap dianjurkan untuk ikut shalat tahajud, membaca al-Qur’an, dan amal kebaikan lainnya. Wallahu A’lam! 


Jika ia tidak bisa mendapatkan keutamaannya melalui pintu shalat malam, maka ia bisa mendapatkannya melalui pintu sedekah.


Jika ia tidak bisa, maka melalui pintu tilawah.


Jika ia tidak bisa, maka melalui pintu dzikir.


Jika ia tidak bisa, maka setidaknya ia bisa menahan lisan dan anggota tubuhnya, dari hal-hal yang menodai bulan ini dan merusaknya.


Semoga Allah ta’ala memberi kita taufik untuk melakukan amalan-amalan yang Dia ridhoi dan cintai di bulan Ramadhan ini.

Aamiin allahumma aamiin.

Barakallahu fyiikum.

Sumber: IbuPintu-Pintu KebaikanRamadan

Comments

Popular Posts