Bullying Serpong



Secangkir Wedang


Di sebuah warung wedangan yang sedang kondang, dua orang duduk bersama sambil menikmati secangkir wedang hangat. 


Mereka telah lama berteman dan sering berbagi cerita tentang berbagai topik. 


Hari ini, topiknya adalah bullying.


Eh, Dul… Dul, tau ga, seorang siswa di sebuah sekolah daerah Serpong menjadi korban perundungan (bullying) dan diindikasi adanya geng di sekolah itu, korban perundungan itu diberitakan hingga masuk rumah sakit.”


“Kejadian 19 Februari itu ya, Ki? “ tanya Dul. 


“Betul, Dul, katanya lokasinya di tempat nongkrong yang berada di sisi samping area masuk warung dekat sekolahan.”


“Polisi aja sampai perlu sedikit turun dari area masuk warung untuk mencapai TKP perundungan itu.” lanjut Kiki. 


Terlibat


“Yang gue baca, katanya polisi akan melakukan gelar perkara terkait kejadian kasus bullying terhadap siswa sekolahan itu. Gelar perkara dilakukan untuk meningkatkan status perkara dari penyelidikan menjadi penyidikan.” tambah Dul. 


"Perundungan diduga terjadi dua kali di waktu yang berbeda. Polisi akan menggali keterangan dari saksi-saksi seperti pihak korban dan keluarganya. “ tambah Kiki. 


“Dan menurut berita yang gue baca  ada anak selebriti diduga terlibat dalam kasus itu. Pihak sekolah akan memanggil para orang tua siswa yang diduga terlibat.” kata Dul. 


“Menurut berita juga dikatakan bahwa kampus memastikan para pelaku bakal disanksi. Meski demikian, sanksi yang diberikan nantinya sesuai ketentuan yang ada.” lanjut Dul. 

Pengalaman

"Jadi, Dul, pernahkah kamu mengalami bullying?" tanya Kiki, sambil mengaduk-aduk Jahe di cangkirnya.


Dul menggeleng pelan. "Alhamdulillah, tidak pernah secara langsung. Tapi aku tahu banyak teman yang mengalami hal itu, dan rasanya sangat tidak menyenangkan."


Kiki mengangguk. "Sama, aku juga tidak pernah secara langsung, tapi melihat teman-teman yang mengalami bullying membuatku merasa sedih. Apalagi dengan perkembangan teknologi sekarang, bullying bisa terjadi di dunia maya juga."


Dul mengangguk setuju. "Iya, bullying online bisa lebih kejam karena bisa menjangkau lebih banyak orang dalam waktu yang lebih singkat. Dan yang lebih buruk, seringkali korban tidak bisa melacak siapa pelakunya."


Kiki menarik napas dalam-dalam. "Sulit membayangkan bagaimana rasanya menjadi korban bullying. Rasanya pasti sangat menyakitkan dan membuat merasa tidak berdaya."


Penelitian


“Menurut lo, ada korelasi ga? antara kasus bullying dengan status sosial ekonomi? “ tanya Dul. 

“Menurut yang pernah gue baca, ya, ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa ada korelasi antara status sosioekonomi orangtua dan perilaku bullying anak-anak.” jawab Kiki. 

“Salah satu penjelasan mungkin adalah bahwa anak-anak dari keluarga yang lebih kaya mungkin memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya dan kekayaan material, yang dapat meningkatkan risiko perilaku bullying.” lanjut Kiki. 

“Namun, tidak semua anak dari keluarga kaya melakukan bullying, dan faktor-faktor lain seperti lingkungan sosial dan pengasuhan juga berperan.” tambah Kiki. 

“Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa ada korelasi antara status sosioekonomi orangtua dan perilaku bullying anak-anak.” pendapat Kiki. 

“Salah satu penjelasan mungkin adalah bahwa anak-anak dari keluarga yang lebih kaya mungkin memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya dan kekayaan material, yang dapat meningkatkan risiko perilaku bullying.” lanjut Kiki. 

“Namun, tidak semua anak dari keluarga kaya melakukan bullying, dan faktor-faktor lain seperti lingkungan sosial dan pengasuhan juga berperan.”

“Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan perilaku bullying, di luar dari status sosial ekonomi. Misalnya:

  1. Faktor Individu: Penelitian telah dilakukan untuk memahami bagaimana karakteristik individu seperti tingkat empati, tingkat kepercayaan diri, dan gaya pengasuhan dapat mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pelaku bullying.

  1. Faktor Sekolah: Beberapa penelitian telah fokus pada lingkungan sekolah dan bagaimana kebijakan anti-bullying, iklim sekolah, dan hubungan antara siswa dan guru dapat mempengaruhi tingkat kejadian bullying.

  2. Faktor Keluarga: Selain status sosial ekonomi, penelitian juga telah meneliti hubungan antara pola pengasuhan, kualitas hubungan keluarga, dan adanya riwayat kekerasan dalam keluarga dengan perilaku bullying anak-anak.

  3. Faktor Psikologis: Penelitian telah meneliti hubungan antara faktor psikologis seperti tingkat kognisi moral, kontrol impuls, dan gaya komunikasi dengan perilaku bullying.

“Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying, yang dapat membantu dalam pengembangan strategi pencegahan dan intervensi yang lebih efektif.” jelas Kiki. 


“Salah satu penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Gary W. Ladd dan rekan-rekannya pada tahun 2000. Mereka menemukan bahwa anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah lebih cenderung menjadi korban bullying, sementara anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih cenderung menjadi pelaku bullying. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal "Child Development" dengan judul "Variations in Peer Victimization: Relations to Children's Maladjustment.” lanjut Kiki. 


Do Something


Dul menatap Kiki dengan serius. "Tapi kita bisa melakukan sesuatu untuk mencegahnya, kan? 


Misalnya, dengan menjadi teman yang baik bagi orang lain dan tidak pernah ikut-ikutan dalam perilaku bullying."


Kiki mengangguk. "Benar. Kita juga bisa membantu korban bullying dengan memberikan dukungan dan memberitahu mereka bahwa mereka tidak sendirian. 


Saya rasa hal-hal kecil seperti itu bisa membuat perbedaan besar."


Dul tersenyum. "Ya, betul sekali. Intinya, kita harus selalu berusaha untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua orang."


Mereka melanjutkan minum wedang mereka, tetapi percakapan tentang bullying tetap terngiang di pikiran mereka. 


Mereka berharap bahwa dengan meningkatkan kesadaran dan tindakan positif, mereka bisa membantu mengurangi kasus bullying di lingkungan mereka.


Sebelum mereka meninggalkan kafe, mereka sepakat untuk terus mendukung satu sama lain dan bersikap peduli terhadap orang-orang di sekitar mereka


Dengan langkah-langkah kecil itu, mereka berharap bisa menjadi bagian dari solusi untuk mengakhiri bullying di masa depan.

Comments

Popular Posts