Nelayan dan Ikan
Di sebuah warung kopi, seperempat hari sudah berlalu, cuaca panas, semilir angin, hiruk-pikuk kendaraan, orang-orang mengobrol.
Seorang pemuda memanggil temannya.
“Hai, Mas, Rene'o, ngopi!”
“Siap. “
Pemuda lain yang dipanggil, memasuki halaman warung kopi. Dan memesan kopi.
“Mba, kopi pait siji.”
Kemudian duduk di sebelah orang yang memanggilnya tadi.
“What's up, Bro? “ kata pemuda yang sudah lebih dulu menikmati kopi dan tempe goreng.
“He.. Eh. Iki loh mau, bar moco berita. Ono berita, nelayan di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati mengeluh karena harga ikan terus turun. "
"Di sini disebutkan, "penurunan mencapai 50 persen lebih. Nelayan berharap agar pemerintah memberikan solusi bagi nelayan. “
“Kapan kui? “
“Berita Jum'at, 7 Juni 2024, detik.com.” jawab pemuda yang membaca koran.
“Ok, lanjut Bro, aku pengen ngerti kelanjutan. “ sambil mengambil tahu goreng.
“Ok, menurut berita iki, “Seperti dirasakan salah satu nelayan asal Kampung Nelayan Desa Bendar, Prihadi.
Menurut pengakuan Pribadi, "harga ikan hasil tangkapan dengan alat jaring tarik berkantong (JTB) terus turun sejak beberapa minggu terakhir. "
"Penurunan harga ikan bahkan lebih 50 persen dari harga normalnya.” kata Pribadi.
"Seperti Ikan demang, ikan munir, sama ikan abangan, misalnya abangan waktu itu Rp 14 ribu per kilo sampai Rp 15 ribu sekarang menjadi Rp 5 ribu, hampir semua yang turun, turunnya lebih 50 persen," kata Prihadi kepada detikJateng ditemui di TPI Unit 1 Juwana Pati, Jumat (7/6/2024).”
"Harga rata-rata jenis ikan semula Rp 10 ribu sampai Rp 12 ribu, sekarang menjadi Rp 4 ribu sampai Rp 5 ribu saja," terang dia.
“Wuih, sangar. “ Terus piye iku? “
“Dia mengatakan harga tersebut tidak menutup biaya operasional saat nelayan menangkap ikan di laut selama berbulan-bulan."
"Lah koyok ngono mesti ono akibatnya kan?" tanya pemuda dengan pisang goreng yang sengaja dikunyahnya sedikit demi sedikit.
"Betul, disini disebutkan akibatnya, "pemilik nelayan harus meminjam utangan kepada kerabat bahkan rentenir untuk menggaji anak buah kapal (ABK) yang ikut melaut."
Kemudian pemuda yang datang belakangan melanjutkan bacaannya.
Dikatakan disini, "Bahkan, ada beberapa nelayan yang saat ini memutuskan tidak melaut.”
“Lah, rugi lah yen ngono.“ Piye cara nutup kerugian? “
"Menurut berita iki memang rugi, tak wacakne neh, yo.”
“Manut, Bos.”
“Sementara untuk menutup kerugian pemilik kapal harus utang ke kerabat bahkan ke rentenir untuk menggaji ABK yang ikut melaut," jelas Prihadi.
"Dan beberapa kapal memutuskan untuk tidak melaut saat ini karena harga hasil tangkap yang terus menurun," dia melanjutkan.
“Harapan nelayan piye? “
“Neng kene disebutkan, “Oleh karena itu, Prihadi berharap kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan agar memperhatikan nasib nelayan."
"Bukan hanya fokus pada aturan tangkap dan pajak, melainkan juga memikirkan untuk menstabilkan harga ikan.”
"Kami meminta bersama mencari jalan keluarnya, kepala seluruh pemangku kepentingan terutama Kementerian Kelautan dan Perikanan,"
"kami berharap tidak hanya fokus pada aturan tangkap dan PNBP di sektor tangkap saja, tetapi tolong dipikirkan juga pasca ditangkapnya terutama terkait dengan kestabilan harga ikan," harap Prihadi.
“Tanggapan dari pihak lain, piye? “
“Sek, Bos. Nah iki ono. “Dihubungi terpisah Ketua Asosiasi Nelayan Mina Santosa, Jasiman, mengatakan beberapa minggu terakhir harga ikan hasil tangkap khususnya nelayan dengan alat JTB terus mengalami penurunan. Biaya operasional selama mencari ikan di laut tidak sebanding dengan harga ikan sekarang.
"Hampir 100 persen dari jumlah anggota kami yang mengajukan izin keberangkatan, semuanya tidak menutupi biaya operasional selama musim tangkap."
"Saat ini kondisi yang dihadapi oleh nelayan bukan harga yang murah tetapi juga meningkatkan biaya produksi."
"Seperti harga solar dan harga-harga logistik lainnya."
"Ini berbanding terbalik dengan harga ikan tangkap nelayan," jelasnya kepada detikJateng.
"Faktor opo wae yo yang menyebabkan harga ikan terus turun? "
"Di beritakan ini dijelaskan, bahwa faktor yang menyebabkan harga turun adalah"
"Dia mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan harga ikan terus turun."
"Salah satunya kualitas ikan yang dinilai pasar kurang bagus."
"Penyebabnya karena hampir seluruh anggota Mina Santosa ini masih melaut menggunakan es batu bukan mesin pendingin," jelas Jasiman.
"Selain itu juga tidak adanya posisi tawar di pihak nelayan."
"Hal ini disebabkan oleh fasilitas penangkapan yang menggunakan es batu, jadi mau tidak mau suka tidak suka nelayan harus menjual ikan sesuai dengan harga dari bakul atau pembeli,"
"karena kalau tidak dijual harga tersebut maka kualitas tangkap semakin menurun ikannya membusuk," Jasiman melanjutkan.
"Oleh karena dia berharap kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk segera melakukan upaya atas gejolak harga ikan di pasaran. "
"Sebab ini berimbas terhadap keberlangsungan aktivitas nelayan."
“Sing seko Kementerian, ono tanggapan?“
“Ga ono, Bos.”
“Wah, alamat mancing dewe iki.”
“Yo, Bos, neng ndi mancing ikane? “
“Ikan dalam kolam. “
“Bila ingin melihat ikan di dalam kolam
Tenangkan dulu airnya sebening kaca
Bila mata tertuju pada gadis pendiam
Caranya tak sama menggoda dara lincah. “
“Eeeaaa, auto nyanyi.”
Jangan, jangan dulu
Janganlah di ganggu
Biarkan saja biar duduk dengan tenang
Senyum, senyum dulu
Senyum dari jauh
Kalau dia senyum tandanya hatinya mau
Comments
Post a Comment