Fear of Missing Out itu FOMO
Mimpi Gelisah
Pagi itu, Dinda terbangun dengan perasaan gelisah.
Ia baru saja bermimpi tentang teman-temannya yang sedang bersenang-senang di sebuah taman hiburan.
Dalam mimpi itu, mereka tertawa dan berteriak, sementara Dinda hanya bisa melihat dari kejauhan, tak bisa ikut bergabung.
Mimpi tersebut terasa sangat nyata, seolah-olah Dinda benar-benar merasakan bagaimana rasanya tertinggal.
Media Sosial
Setelah mandi dan sarapan, Dinda duduk di depan laptopnya, siap untuk mengikuti kelas online.
Sebelum kelas dimulai, ia membuka media sosialnya.
Foto-foto dan cerita teman-temannya yang sedang berkumpul, makan bersama, atau jalan-jalan di akhir pekan memenuhi berandanya.
Setiap kali Dinda melihatnya, hatinya terasa seperti diremas.
Ia merasa seperti kehilangan sesuatu yang penting.
Di sekolah, Dinda dikenal sebagai anak yang pendiam.
Ia lebih suka membaca buku di perpustakaan daripada bermain di lapangan.
Cemas
Namun, di balik sikap tenangnya, Dinda sering merasa cemas dan takut ketinggalan.
Fear of Missing Out, atau FOMO, telah menjadi bagian dari hidupnya, meski ia sendiri mungkin tidak menyadarinya.
Hari itu, saat istirahat, Dinda melihat teman-temannya berkumpul di sudut kelas, membicarakan tentang pesta ulang tahun yang diadakan oleh Tio.
Dinda tidak diundang. "Mungkin mereka lupa," pikirnya, mencoba menghibur diri.
Tapi, rasa cemas tetap menghantuinya. Ia takut bahwa dirinya memang tidak dianggap penting oleh teman-temannya.
Sore harinya, saat kembali ke rumah, Dinda mencoba mengalihkan pikirannya dengan membaca buku favoritnya.
Namun, pikirannya terus melayang pada pesta Tio dan foto-foto di media sosial. Ia merasa semakin terasing dan kesepian.
Ibunya, yang menyadari perubahan sikap Dinda, mendekatinya dengan lembut. "Dinda, ada apa? Kamu terlihat sedih," tanya ibunya dengan penuh perhatian.
Dinda terdiam sejenak, lalu memutuskan untuk menceritakan apa yang dirasakannya. "Aku merasa ketinggalan, Bu.
Semua temanku terlihat begitu bahagia di media sosial, sementara aku merasa sendiri dan tidak diundang ke pesta-pesta mereka."
Tak Seperti Kenyataan
Ibunya mengangguk, mengerti perasaan putrinya. "Dinda, terkadang apa yang kita lihat di media sosial tidak selalu mencerminkan kenyataan.
Orang-orang cenderung hanya membagikan momen-momen terbaik mereka. Itu bukan berarti hidup mereka selalu sempurna."
Dinda mendengarkan dengan seksama. Ibunya melanjutkan, "Kamu memiliki banyak hal yang membuatmu istimewa. Ingatlah bahwa kebahagiaan tidak hanya berasal dari mengikuti orang lain.
Temukan kebahagiaan dalam hal-hal yang kamu cintai, seperti membaca atau menggambar.
Jangan biarkan perasaan tertinggal menguasai dirimu."
Kata-kata ibunya memberikan sedikit kelegaan bagi Dinda.
Terjebak Perasaan
Ia mulai memahami bahwa mengejar kebahagiaan orang lain tidak akan membuatnya bahagia.
Malam itu, Dinda menulis di buku hariannya tentang perasaannya dan nasihat dari ibunya.
Ia menuliskan impian dan harapan-harapannya sendiri, yang tidak bergantung pada apa yang orang lain lakukan.
Hari-hari berikutnya, Dinda mencoba fokus pada hal-hal yang membuatnya bahagia. Ia bergabung dengan klub buku di sekolah dan menemukan teman-teman baru yang memiliki minat yang sama.
Ia juga mulai belajar bermain gitar, sesuatu yang sudah lama ingin ia coba.
Meskipun perasaan FOMO masih kadang-kadang muncul, Dinda belajar untuk tidak membiarkannya mengendalikan hidupnya.
Ia lebih memilih untuk menikmati momen-momen kecil yang membuatnya bahagia, daripada terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain.
Dinda menyadari bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam dirinya sendiri, bukan dari apa yang ia lihat di media sosial.
Benang Hikmah
Cerita Dinda adalah pengingat bagi kita semua bahwa dalam era digital ini, kita harus lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial dan tidak terjebak dalam perasaan FOMO.
Kebahagiaan sejati bukanlah tentang mengikuti tren atau mendapatkan pengakuan dari orang lain, tetapi tentang menemukan dan menikmati hal-hal yang benar-benar berarti bagi kita.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagaian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa : 32).
“Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Hijr: 88).
Comments
Post a Comment