Lilin Menyala
Berkilaulah, lilin kecilku.
Kau adalah cerminan kesederhanaan.
Kehadiran dirimu tak terasa bertahun-tahun, ada sejarah panjang manfaatmu.
Bervariasi wujudmu dalam kehidupan manusia.
Menyala api kecil,
pada sumbu kelabu mencairkan tubuhmu,
terserap oleh sumbu malam dalam penjagaan api tetap menyala.
Di dalam kegelapan malam yang sunyi,
Cahaya mu berpendar lembut.
Meski kecil dan sederhana, sinarnya tak pernah redup,
Ia berdiri teguh, memberi cahaya untuk sekitarnya.
Lilin itu bukanlah obor besar yang membara,
Bukan pula lampu yang gemerlap dan mencolok mata.
Namun, dalam setiap detiknya yang terbakar,
Ia memberikan kehangatan dan harapan bagi siapa saja yang mendekat.
Seorang manusia, bagai lilin itu adanya,
Dengan kemampuan yang terbatas dan langkah yang perlahan.
Ia tidak mampu merubah dunia dengan sekali gerakan,
Namun, dengan ketulusan dan niat baik, ia menggapai banyak hati.
Setiap hari ia berjalan, meski langkahnya tertatih,
Menyebarkan kebaikan walau sekecil apapun itu.
Dengan senyum yang lembut dan tangan yang terbuka,
Ia merangkul mereka yang membutuhkan, memberi tanpa pamrih.
Kadang, lelah menghampiri, dan keraguan menyelimuti hati,
Namun, ia tahu bahwa setiap sinarnya adalah berharga.
Setiap pendar yang ia hasilkan adalah bukti nyata,
Bahwa ia ada, dan ia berbuat, walau tak sempurna.
Dalam kesunyian malam, ketika dunia terlelap,
Lilin kecil itu tetap menyala, tak kenal henti.
Ia tahu, mungkin tak semua orang melihat atau mengerti,
Lilin, kau bisa goyah diterpa angin, kau mudah patah.
Bisa bermanfaat, bisa melukai.
Tapi ia tetap bersinar, demi satu hati yang terluka, demi satu jiwa yang tersesat.
Karena baginya, menjadi bermanfaat adalah tujuan,
Meski dengan segala keterbatasan, ia takkan berhenti.
Ia ingin menjadi lilin yang menyala di dalam gelap,
Memberi terang, meski hanya sedikit, tapi tulus dan nyata.
Lilin yang menyala di malam sunyi, mengusir kegelapan dengan api kecilnya.
Namun, di balik sinarnya yang hangat, Tersembunyi sisi gelap yang jarang terlihat.
Cahaya yang berkedip di tengah kegelapan, Seakan memberikan harapan dan ketenangan.
Namun, api kecil itu juga membakar, Menghanguskan lilin, membuatnya kian pudar.
Dari lilin yang menyala, Asap hitam tipis perlahan menguap.
Mengisi udara dengan bau yang pekat, Menyusup ke paru-paru, diam-diam merusak.
Tetesan lilin cair yang meleleh, Meninggalkan bekas luka di permukaan. Menciptakan jejak yang tak hilang, Menjadi simbol kehancuran yang perlahan.
Lilin, meski tampak lemah dan rapuh, Dapat membakar apa saja di sekitarnya.
Sebuah percikan api yang tak terjaga, Dapat merubah rumah menjadi puing-puing belaka.
Saat lilin semakin pendek, Dan api kian mendekati dasar. Kehilangan sinar, hilang kehangatan.
Tersisa hanya sumbu yang hangus dan debu yang terlupakan.
Dalam setiap kilauan cahaya lilin, Tersembunyi keburukan yang menyakitkan.
Dalam setiap nyala yang tampak indah, Ada kehancuran yang perlahan merayap.
Mungkin lilin membawa terang, Tapi juga membawa ancaman yang mengintai.
Mengajar kita bahwa dalam setiap kebaikan, Tersimpan sisi gelap yang harus diwaspadai.
Lilin yang menyala di malam sepi, Menjadi pengingat akan dualitas hidup.
Bahwa di balik setiap keindahan, Ada keburukan yang menunggu untuk ditemukan.
Hari demi hari berlalu, lilin kecil itu terus menyala.
Memberi sinarnya yang hangat dan penuh cinta.
Ia tahu, mungkin ia takkan pernah jadi obor yang besar,
Tapi ia akan tetap menjadi lilin yang tak kenal lelah.
Kisah lilin kecil ini adalah tentang kita semua.
Tentang bagaimana dengan kemampuan terbatas, kita bisa berarti.
Setiap perbuatan baik yang kita lakukan, adalah pendar sinar yang menerangi dunia.
Maka, jangan pernah meremehkan sinar yang kau pancarkan.
Sinarmu bisa membuat dunia romantis, pesonamu luar biasa, istimewa, memancarkan kehangatan dan ketenangan, menambah syahdu malam.
Meski kecil, ia memiliki makna yang besar.
Berkilaulah, lilin kecilku, dengan segala keterbatasan mu,
Karena di setiap sinarmu, ada harapan yang menyala untuk dunia.
Comments
Post a Comment