Pernikahan dan Perceraian


Jalan Keluar? 


Perceraian adalah fenomena yang terjadi dalam banyak rumah tangga, dan alasan yang mendasarinya sangat beragam. 


Banyak orang yang memasuki pernikahan dengan harapan akan kebahagiaan, keberlanjutan, dan keharmonisan yang langgeng. 


Namun, tidak sedikit pula yang menghadapi kenyataan bahwa pernikahan mereka berakhir di pengadilan, dengan keputusan bercerai sebagai jalan keluar dari berbagai masalah yang tak terselesaikan. 


Berbagai Faktor

Menarik untuk mencermati bahwa berbagai faktor yang sering dianggap sebagai kunci keberhasilan pernikahan, justru bisa menjadi penyebab perceraian. 


Seperti paras cantik atau tampan, kekayaan, usia, tingkat religiusitas, hingga status sosial, bisa jadi hanyalah faktor-faktor luaran yang tidak dapat menjamin kebahagiaan dalam pernikahan. 


Karena itu, penting untuk menyadari bahwa standar pernikahan yang sejati hanya dapat kita letakkan kepada Allah, Sang Maha Mengetahui dan Maha Menguatkan.


Kecantikan dan Ketampanan: Bukan Jaminan Kelanggengan

Seringkali, kecantikan dan ketampanan menjadi standar utama dalam memilih pasangan hidup. 


Banyak orang yang tertarik pada calon pasangan karena penampilannya yang menarik. 


Namun, cantik dan ganteng tidaklah cukup untuk memastikan pernikahan bertahan lama. 


Kecantikan adalah hal yang sifatnya sementara dan bisa memudar seiring waktu. 


Seiring berjalannya waktu, yang lebih dibutuhkan dalam pernikahan bukanlah sekadar penampilan fisik, melainkan rasa saling menghormati, pengertian, dan kasih sayang yang tulus.


Tidak sedikit pasangan yang memutuskan untuk bercerai meski secara penampilan mereka sangat menarik. 


Hal ini membuktikan bahwa penampilan fisik bukanlah faktor utama dalam keberhasilan pernikahan. 


Jika pernikahan hanya didasarkan pada daya tarik fisik, ketika kecantikan atau ketampanan itu memudar, pernikahan pun akan kehilangan pondasinya. 


Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa kecantikan fisik tidak bisa dijadikan standar utama dalam memilih pasangan, karena Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita, dan hanya Allah yang mampu menjaga hubungan agar tetap kokoh.


Kekayaan: Sumber Kekuatan atau Sumber Konflik?

Selain penampilan, faktor kekayaan juga seringkali dijadikan ukuran keberhasilan dalam pernikahan. 


Banyak yang beranggapan bahwa memiliki harta yang berlimpah bisa menjamin kebahagiaan dalam rumah tangga. 


Namun, pada kenyataannya, kekayaan bisa menjadi pisau bermata dua. 


Bagi sebagian pasangan, kekayaan bisa menjadi sumber konflik yang tak terelakkan. 


Perbedaan pandangan dalam mengelola keuangan, ketidakadilan dalam pembagian harta, atau rasa iri terhadap pasangan yang lebih sukses secara finansial bisa menjadi pemicu utama perceraian.


Disisi lain, ada pula yang beranggapan bahwa kemiskinan bisa memicu perceraian. 


Kondisi ekonomi yang sulit, tekanan hidup yang berat, dan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari seringkali menjadi beban besar dalam pernikahan. 


Ketika pasangan tidak mampu menghadapi tantangan finansial ini bersama-sama, perceraian bisa menjadi pilihan yang dianggap paling logis.


Namun, baik kekayaan maupun kemiskinan, keduanya tidak bisa dijadikan standar keberhasilan pernikahan. 


Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman bahwa Dia akan mencukupi rezeki hamba-hamba-Nya sesuai dengan takaran yang paling baik untuk mereka. 


Oleh karena itu, meletakkan standar pernikahan pada faktor kekayaan adalah sesuatu yang tidak tepat. 


Hanya Allah yang mengetahui seberapa banyak harta yang pantas diberikan kepada kita dan bagaimana kita mampu menjalaninya dalam kehidupan berumah tangga.


Usia Pernikahan: Tua atau Muda, Tidak Menentukan Keberhasilan


Faktor usia juga kerap menjadi perbincangan dalam pernikahan. Beberapa orang berpendapat bahwa pernikahan pada usia yang lebih matang akan lebih stabil karena pasangan dianggap lebih bijaksana dan siap secara emosional. 


Namun, pada kenyataannya, usia tidak selalu menjadi jaminan kesuksesan pernikahan. 


Banyak pasangan yang menikah di usia muda, namun mampu mempertahankan rumah tangga mereka dengan baik. 


Sebaliknya, tidak sedikit pula yang menikah di usia matang namun tetap menghadapi perceraian.


Hal ini membuktikan bahwa usia, baik tua maupun muda, tidak bisa dijadikan tolok ukur kesuksesan pernikahan. 


Yang lebih penting adalah bagaimana pasangan mampu saling memahami, berkomunikasi dengan baik, dan menghadapi masalah bersama-sama. 


Usia hanyalah angka, sedangkan kedewasaan emosional dan kemampuan menyelesaikan konflik adalah kunci dalam mempertahankan pernikahan.


Religiusitas: Agamis atau Non-Agamis, Bukan Jaminan Kebahagiaan


Selain faktor-faktor di atas, tingkat religiusitas atau keagamaan juga sering dianggap sebagai faktor penting dalam pernikahan. 


Banyak yang percaya bahwa pasangan yang agamis atau taat beragama akan lebih mudah mempertahankan rumah tangganya, karena mereka memiliki pedoman moral dan nilai-nilai yang kuat. 


Namun, kenyataannya, banyak pasangan yang bercerai meskipun mereka dikenal sebagai orang yang taat beragama.


Agama memang memiliki peran penting dalam memberikan panduan hidup, termasuk dalam menjalani pernikahan. 


Namun, jika pasangan tidak mampu mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, religiusitas pun tidak akan cukup untuk menyelamatkan pernikahan dari perceraian. 


Sebaliknya, ada pula pasangan yang mungkin tidak terlalu menunjukkan sisi keagamaan mereka secara terbuka, namun tetap bisa menjaga hubungan mereka dengan baik dan langgeng.


Menyerahkan Segala Standar Pernikahan kepada Allah

Melihat berbagai faktor di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak ada satu pun standar manusia yang bisa benar-benar menjamin keberhasilan sebuah pernikahan. 


Baik kecantikan, kekayaan, usia, maupun religiusitas, semuanya adalah faktor yang tidak mutlak. 


Kehidupan pernikahan penuh dengan dinamika yang seringkali di luar kendali manusia. 


Oleh karena itu, meletakkan segala standar pernikahan pada hal-hal yang bersifat duniawi semata tidaklah cukup.


Sebagai umat beriman, kita perlu menyadari bahwa hanya Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk apa yang terbaik bagi rumah tangga kita. 


Allah lah yang paling memahami kelemahan dan kekuatan kita, dan hanya Dia yang mampu memberikan kekuatan untuk menghadapi segala ujian dalam pernikahan. 


Ketika kita menyerahkan segala urusan pernikahan kita kepada Allah, kita akan lebih mudah menerima kenyataan, bersabar dalam menghadapi cobaan, dan selalu berusaha memperbaiki diri demi menjaga keutuhan rumah tangga.


Pernikahan adalah ibadah yang tidak hanya melibatkan dua individu, tetapi juga melibatkan Allah sebagai saksi dan penjaga hubungan tersebut. 


Dengan meletakkan segala standar pernikahan pada Allah, kita akan lebih fokus pada memperkuat hubungan spiritual dengan-Nya, yang pada akhirnya akan memperkuat hubungan kita dengan pasangan.

Comments

Popular Posts