Posting Kuy Posting



Hati manusia itu Allah subhanahu wa ta'ala, Maha Mengetahui. 


Jika menyebarkan postingan agama Islam, untuk mengajak kebaikan tanpa memperlihatkan ibadahnya, contoh postingan seperti doa, hadits, atau pengingat zakat, sholat. Tapi bukan postingan foto ketika yang bersangkutan sholat. Apakah itu termasuk ujub atau sombong? 


Ada juga orang yang ingin dianggap santai, tidak dicap agamis, dibalik itu semua ibadahnya tetap keren tapi selow aja, ga posting-posting agama, postingannya tentang kehidupan sehari-hari foto-foto bersama aneka ragam teman dan makanan, kegiatan yang diikuti misal di kantor, upacara, makan bakso, yang ringan, tapi ternyata dari sisi lain, bisa mengundang orang lain iri hati dan dengki. Ada quotes yang mengatakan “jangan posting sedihmu karena sedihmu akan membuat orang lain bahagia.”  

Ada juga, “sembunyikan prosesmu, bagi hasil suksesmu saja, biarlah orang lain merana, asalkan kau bahagia. “



Jadi yang diposting adalah yang bahagia saja, btw, bahagia dan sedih itu menurut porsi masing-masing atau cara pandang manusia yang satu dengan yang lainnya, apakah sama? 

Apakah bahagia dan positif itu sama? 

Bahagia itu apakah positif? positif itu bahagia? 


Dan selain itu postingan lainnya yang mengajak keburukan, juga ada. Dan yang posting agama, doa, atau motivasi kebaikan, menjadi sebuah kenyamanan atau pilihannya dalam bermedia sosial yang bijak. 


Di luar apa pendapat ku di atas, tiap orang memiliki pendapat lainnya, menurut sudut pandang mereka. Dan menemukan sebuah kasus viral kemudian netizen ramai mengomentari, komentar-komentar itu bisa menjadi sudut pandang, yang menurut ku bacaan seru untuk diselami. 


Seperti sebuah video yang akhirnya viral, tentang seorang anak yatim piatu mencuri pisang untuk biaya hidup dia dan adiknya. Mereka hidup bersama kakeknya. 


Dan dari niat juga tindakan mencuri itu, video tersebut viral, seperti tukang es, banyak bantuan segera berdatangan. 


Dari mencuri, Allah memberikan sebuah hikmat untuk diri ini renungkan, fenomena yang terjadi di akhir zaman, yang membuat hati dan pikiran bahkan raga semakin ingin mendekat pada Allah. 


Begitu mudah, Allah membalikan keadaan. 

Apakah ada pelajaran yang bisa diambil dari hikmah kejadian demi kejadian tersebut?


Misalkan apakah bisa menjadikan orang-orang ingin mencari jalan lintas untuk viral sehingga mengundang cuan berdatangan ke arah orang tersebut? 


Kejadian lain tentang maraknya niat dan dilakukannya orang yang pergi haji ke Mekkah dengan berjalan kaki, naik sepeda, naik perahu terbuat dari galon bekas dan bambu. 


Terlepas dari itu semua, apakah yakin kelak Allah akan bertanya tentang perbuatan yang dilakukan di dunia? padahal Allah sebenarnya sudah Maha Mengetahui sebelum niat dan pikiran berwujud tindakan? Apakah benar semua anggota badan akan berbicara mengenai pertanggungjawaban yang dilakukan di dunia? 


Saat ini, jika banyak kejadian menguji rasa iba dan simpati, maka bersyukurlah, Allah masih memberikan anugerah rasa iba dan simpati, jika ingin membantu silahkan, jika tidak juga silahkan, disesuaikan dengan niat dan kemampuan masing-masing. 


Dan saat ini ada kejadian di dunia yang menguji keimanan, ketakwaan, saya nalar, logika dan kritis. 


Bercermin diri ini tidak menghakimi niat dan tindakan orang lain, karena hanya Allah yang Maha Mengetahui. Entah niatnya untuk dunia atau akhirat, bukankah kelak di akhirat tiap diri akan dimintai pertanggungjawaban kepada Allah? 


Jika memang merasa diri ini dirugikan, entah sampai disakiti, entahlah, adakah hikmah Allah subhana wata'ala dibalik itu semua? 


Tidak semua memiliki kemudahan dalam menapaki hidup, seorang ulama mengatakan, menjadi ahli musibah, miskin, sakit, itu merupakan ketetapan dari Allah, apakah kemudian Ahlul musibah itu Ridho akan ketetapan Allah? tetap tawakal? tetap jujur dalam berusaha?

Comments

Popular Posts